Blogger Widgets
Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Rabu, 13 November 2013

PEMBELAJARAN DAN TEKNIK KREATIF (bagian III)


PEMBELAJARAN DAN TEKNIK KREATIF

KURIKULUM BERDIFERENSIASI UNTUK SISWA BERBAKAT
            Kurikulum 1994 menunjang pendiferensiasi kurikulum untuk siswa berbakat melalui pilihan metode dan cara pembelajaran yang dapat ditentukan sendiri oleh guru atau sekolah dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Mata pelajaran yang termasuk muatan lokal memberi peluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap penting oleh daerah. Kegiatan ekstra-kulikuler dan pembelajaran tambahan dapat dimanfaatkan untuk program pengayaan bagi siswa berbakat.
            Kurikulum berdiferensiasi bertujuan memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual murid. Makna dari kurikulum berdiferensiasi bagi siswa berbakat ialah menumbuhkan rasa keberhasilan,kepuasan, dan tantangan, membuat siswa aktif dan tidak merasa bosan di sekolah, dan dengan demikian menghindari underachievement dan atauputus sekolah.
            Kemampuan dan kebutuhan yang beragam dari siswa memerlukan kurikulum yang berdiferensiasi. Bagi siswa berbakat, paling tidak empat faktor yang perlu dimodifikasi agar mereka memperoleh pembelajaran yang sesuai. Keempat bidang ini ialah lingkungan belajar, konten pembelajaran, proses atau metode pembelajaran, dan proses belajar siswa. Dengan demikian, siswa berbakat menjadi pelajar yang aktif dalam lingkungan yang memupuk perkembangan keterampilan dan kemampuan baru.
            Sains dan matematika amat penting dalam pendidikan siswa saat ini dan memerlukan pengembangan terus-menerus. Patut dipertimbangkan bahwa keberbakatan intelektual tidak selalu sama dengan bakat akademik khusus dalam sains dan matematika. Menemukenali dan memenuhi kebutuhan sisiwa berbakat dalam sains dan matematika penting untuk kesejahteraanmasyarakat dan individu.
            Bahasa tidak hanya merupakan alat sosialisasi, tetapi juga sebagai dasar perkembangan kecerdasan. Pembelajaran bahasa di pendidikan dasar dan menengah menekankan pengembangan keterampilan pengarahan diri, keterampilan kreatif-produktif, abstraksi dan pemikiran tingkat tinggi, serta penggunaan isu dan tema yang luas dalam prestasi bahan atau materi.
            Dalam pembelajaran IPS untuk siswa berbakat, penekanannya adalah memberikan siswa berbakat alat untuk memberikan sumbangan orisinal terhadap masyarakat dan enjadi warga negara yang bertanggung jawab. Salah satu peranan penting dari guru IPS adalah menghindari mendominasi sikap,gagasan, dan pendapat siswa. Guru hendaknya mendorong diskusi terbuka, dari bahan dan masalah yang sensitif dan kontroversial. Pembelajaran IPS untuk siswa berbakat seyogianya berdasarkan tema yang luas, seperti memahami dan mengakui saling ketergantungan global.
MODEL BELAJAR MENGAJAR KREATIF
            Banyak model belajar mengajar yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi sisiwa pada umumnya dan khususnya bagi siswa berbakat didalam kelas biasa atau di kelas khusus. Ada delapan model yang dapat memebrikan sumbangan bermakna dengan masing- masing kekurangan dan kelebihannya.
1.      Taksonomi Bloom tentang Sasaran Pendidikan Ranah Kognitif memungkinkan peningkatan berfikir kreatif melalui proses sintesis.
2.      Model Struktur Intelek dari Guilford, melalui kategori berpikir divergen , aspek-aspek seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dalam berpikir dapat dilatih.
3.      Model talenta Berganda dari Taylor terutama bidang kreatif produktif dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
4.      Model Treffinger untuk Mendorong Belajar Kreatif mengajukan tiga tingkat, mulai dari yang relatif sederhana ( tingkat 1 yang memperkenalkan teknik-teknik kreatif sederhana ) sampai dengan yang majemuk ( tingkat 3 dimana siswa bekerja dengan masalah nyata) untuk belajar kreatif.
5.      Model Enrichment Triad dari renzulli memberi kesempatan pengalaman pengayaan dan khususnya tingkat 3 (menyelidiki masalah nyata) merupakan tantangan bagi siswa berbakat ;namun ketiga tipe pengayaan ini dapat memupuk kreativitas.
6.      Model Williams tentang Perilaku Kognitif-Afektif di Dalam Kelas mengingatkan bahwa perilaku kreatif tidak hanya menuntut kemampuan berfikir kreatif tetapi juga ciri-ciri afektif dari kreativitas; keduanya perlu ditumbuhkan didalam kelas.
7.      Taksonomi Sasaran Pendidikan Afektif dari Krathwohl menekankan pentingnya mengembangkan sistem nilai pada semua siswa dan khususnya siswa berbakat, yang mendasari perilaku mereka secara konsisitent. Hal ini penting untuk membantu mereka mewujudkan kreativitas yang konstruktif dan tidak yang destruktif.
8.      Model Pendidikan Integratif dari Clark mengajukan konsep yang terpadu tentang kreativitas, yang memerlukan perpaduan antara fungsi berpikir, perasaan, penginderaan, dan firasat(intuisi).
Matriks berikut memberi gambaran tentang fokus setiap model dalam ranah kognitif atau afektif atau keduanya dan terutama bagian mana dari model yang tertuju pada pengembangan kreativitas.
Taksonomi
Ranah
Kreativitas
Bloom
Kognitif
Sintesis
Guilford
Kognitif
Berpikir Divergen
Taylor
Kognitif
Bidang kreatif-produktif
Treffinger
Kognitif-afektif
Ketiga tingkat pengembangan kreativitas
Renzulli
Kognitif- afektif
Tiga tipepengayaan
Williams
Kognitif- afektif
Dimensi strategi mengajar guru dan dimensi perilaku siswa .
Krathwohl
Afektif
Ciri afektif dari kreativitas
Clark
Kognitif- afektif
Perpaduan antara pemikiran, perasaan, pengindraan, dan firasat.



TEKNIK PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF
            Teknik-teknik kreatif yang dibahas digolongkan menurut tiga tingkatan dari Treffinger.
1.    Teknik Tingkat I
Diperkenalkan teknik sumbang saran  dan teknik daftar periksa atau pertanyaan yang memacu gagasan. Namun, sebelum menggunkan teknik kreatif didalam kelas, perlu diciptakan suasan atau iklim yang kondusif untuk pemikiran dan sikap kreatif, yaitu dengan melakukan pemanansan (warming up), mengajukan pertanyaan yang memebrikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.
Teknik tingkat I dimaksudkan untuk merangsang berpikir divergen, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan keterbukaan terhadap gagasan baru serta kepekaan terhadap masalah.
Teknik sumbang syarat mempersyaratkan empat aturan dasar, yaitu kebebasan dalam memberikan gagasan, penekanan pada kuantitas, dan kombinasi atau pengembangan gagasan. Teknik daftar periksa memberikan sejumlah kata kerja manipulatif untuk memudahkan pemberian gagasan, yaiut : penggunaan lain, penyesuaian, modifikasi, memperbesar, memeprkecil, mengganti menyusun kembali,membalik dan menggabung.

   2. Teknik Tingkat II
Melatih proses-proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntu pada teknik synectics dan teknik futuristics.
a.       Teknik Synectics
Melatih sisiwa untuk berfikir berdasarkan analogi  dalam pemecahan masalah, siswa diperkenalkan dalam penggunaan analogi fantasi, analogi langsung dan analogi pribadi.
b.      Teknik Futuristics
Membantu siswa untuk mengantisipasi dan mencipta masa depannya, antara lain dengan menggambarkan garis waktu yang mencakup masa lalu , masa kini dan masa depan. Keterampilan khusus yang dapat digunakan pada futuristis ialah menulis skenario, menggambar roda masa depan, dan trending yang enggunakan pertanyaaan untuk mengidentifikasi kecenderungan yang ada dan yang akan timbul.

       3.  Teknik Tingkat III
Menghadapkan siswa pada tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertama ialah pemecahan masalah secara kreatif (PMK) yang meliputi lima tahap, yaitu :
Didahului oleh pemikiran dan perasaan kacau ketika masalahnya masih samar yang kemudian diikuti oleh tahap :
a.       Penemuan fakta
b.      Penemuan masalah
c.       Penemuan gagasan
d.      Penemuan solusi
e.       Penemuan penerimaan atau tahap implementasi
Pada setiap tahap ada selang-seling antara berpikir divergen (memberri banyak gagasan)dan berpikir konvergen (memilih gagasan terbaik). Pendekatan kedua dikemukakan oleh Schallcross sebagai suatu pemecahan masalah yang  pada dasarnya tidak berbeda dari PMK, hanya tahap masalah samar dan tahap penemuan masalah dijadikan satu tahap yaitu tahap orientasi untuk menentukan masalah dan tujuan .
Teknik PMK sejak tahun 1980 diterapkan di Indonesia sebagai lokakarya pemecahan masalah secara kreatif untuk berbagai kelompok, baik orang dewasa maupun anak.

0 komentar:

Posting Komentar