Blogger Widgets
Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Kamis, 26 Juni 2014

UAS PAEDAGOGI



1.      Proses pembelajaran yang saya lakukan bersama kelompok merupakan pembelajaran berbasis “kognitif” dimana pembelajaran yang mempersiapkan proyek pembelajaran atau terlibat dalam dialog dengan siswa. Proses pembelajaran tidak menganggap benda yang dapat diketahui sebagai milk pribadi, tetapi sebagai obyek refleksi sendiri dan siswa. Dengan cara ini, pendidik selalu tampil kembali ke bentuk refleksi pada refleksi siswa. Siswa tidak lagi menjadi pedengar yang jinak. (Sudarwan, 2013: 98)
Dimana kami tidak hanya bercerita kepada anak-anak namun kami juga meminta mereka untuk  mengungkapkan pendapat mereka, apa yang mereka inginkan, sampai kesan kedatangan kami ke ‘rumah’ mereka. Dan mereka sangat antusias dengan kedatangan kami, mereka juga lebih kritis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan. Kami sebagai pendidik pemula telah merencanakan untuk menciptakan kondisi dimana pengetahuan pada tingkat narasi digantikandnegan pengetahuan yang benar yang dapat diaplikasikan ke kehidupan anak-anak.
Kami juga menggunakan paradigma belajar strategi 2, 3 dan 4 yang kami kombinasikan. Dimana awalnya kami menjelaskan tugas yang akan dikerjakan oleh anak-anak, kemudian anak-anak membentuk kelompok atau tim untuk meningkatkan kooperatif anak kemudian kami meminta untuk mencari dan menemukan ptongan puzzle untuk disatukan membentuk suatu gambar yang merupakan pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah dan kreativitas melalui penyelidikan dan penemuan. (Sudarwan, 2013:26)

2.      Peran pribadi saya pada saat proses pembelajaran jika dilihat dari sudut pandang Multivarian model adalah: (Sudarwan, 2013: 63-65)
-          Model penciptaan pengetahuan
Dimana pada saat proses pembelajaran, ketika kami memberikan tugas kepada anak-anak untuk menyusun puzzle, masing-masing dari kami mendampingi anak-anak yang terbagi kedalam empat kelompok. Saya berkesempatan untuk mendampingi satu kelompok yang populasinya hampir seluruhnya cewek dan hanya satu anak yang cowok. Anak cowok tersebut terlihat sangat antusias walaupun ia susah sekali untuk diajak berbicara dan ada satu anak cewek yang sangat senang berbicara kepada saya namun ia tidak mau membantu kelompoknya mengerjakan tugas. Dan ada salah satu anak yang kesulitan untuk mencocokkan potongan  puzzle sehingga saya membantunya dengan memberitahu cara awal yang mudah untuk menyusun puzzle yaitu dengan mencari potongan puzzle yang salah satu sisi nya rata maka ia dapat dengan mudah dicocokkan dengan papan puzzle baik sisi kanan kiri atau atas bawah dan melihat warna yang sama dengan potongan tersebut. Dari situ anak-anak mencari potongan yang salah satu sisinya rata sehingga mudah untuk dicocokkan. Dan saya harap pengetahuan yang saya berikan dapat bermanfaat ketika ia bermain ataupun berkompetisi.

-          Model praktik komunitas
Dimana saya bersama teman-teman melatih anak-anak untuk belajar berkelompok dimana menurut Freinet pembelajaran secara berkelompok merupakan pembelajaran yang melatih nak untuk lebih kooperatif dan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan berdasarkan kerja sama dalam proses yang produktif. Ini juga dapat membentuk self concept anak yang positif agar tidak egosi dan sesuai kehendaknya serta memahami bahwa dirinya hidup tidak dapat sendirian namun secara kolektif.
-          Model bangun pengetahuan
Tugas yang saya dan teman-teman berikan kepada anak-anak merupakan tugas yang sangat membangun pengetahuan. Dimana yang merupakan juga pembelajaran berbasis penyelidikan yang kegiatannya dilakukan dengan trial and error yang melibatkan kelompok kerja , inquiry and discoverry, studi lapangan, pemecahan masalah secara terstruktur, eksperimen sederhana dan sebagainya.
Disini anak-anak melakukan pembelajaran trial and error ketika mereka menconba mencocokkan potongan-potongan dengan potongan yang telah tersusun di papan dan mereka juga melakukan inquiry dimana mereka harus mencari potongan yang warna nya hampir sama agar potongan tersebut dapat dicocokkan dan menjadi sebuah gambar, proses-proses tersebut membuat anak-anak melakuakn pemecahan masalah secara terstruktur.

3.      Pengalaman saya merencanakan dan menjalankan pembelajaran mata kuliah paedagogi adalah pengalaman yang sangat berharga dimaan saya berkesempatan untuk membuat rancangan proses pembelajaran dalam 2 hari yang pada dasarnya saya belum pernah melakukan hal tersebut. Ditambah lagi dengan pengetahuan mengenai anak-anak yang dangkal sehingga saya mengakui sangat banyak kesulitan yang saya hadapi karna rancangan proses pembelajaran tidak boleh sembarangan dirancang. Kita harus melihat tahap perkembangannya, apa yang ia butuhkan sampai fasilitas serta pembelajaran yang ada di sekolah tersebut. Beruntungnya kelompok saya merupakan salah satu yang di supervisi oleh Bu Dina. Ia yang memberikan arahan-arahan agar kami meminimalkan kesalahan kami sebagai pengajar amatiran. Ia juga yang menumbuhkan kami insight untuk memperbaiki apa-apa saja yang kurang dari rencana proses pembelajaran yang kami buat. Namun, ketika di tempat saya pribadi sangat nervous dan sangat berbeda ketika saya ingin presentasi di depan kelas. Saya takut salah bicara kepada anak-anak sehingga untuk mengeluarkan kata-kata harus dipikir beberapa kali dan saya juga harus meninggalkan jargon-jargon yang anak-anak tidak mengerti. Saya juga harus berbicara lebih keras dari biasanya agar anak-anakmau mendengarkan saya serta ahrus cepat dan tanggap apa yang anak-anak butuhkan untuk mendiamkan anak-anak tersebut. Kami semua memutar otak agar strategi kami tidak salah ditangkap oleh anak-anak. Namun, ketika kami mempresentasikan hasil praktek kami ternyata kami baru sadar bahwa kami salah memakai strategi untuk anak-anak yaitu reward.
Jika dikaitkan dengan kenikmatan Belajar dimana guru adalah pusat sebuah jaringan radial yang jari-jarinya terdefinisi dengan baik, dikemas, dengan hati-hati dalam mengirimkan informasi kepada siswa yang terletak di tepi radial.kami berusaha untuk membuat rencana program pembelajaran yang dapat membantu anak-anak meningkatkan kemampuannya berpikir sendiri, menuntut interaksi kelompok, cerdas serta dapat mengedit umpan ballik guru. Kami juga memanfaatkan TIK untuk rencana program pembelajaran dimana kami tidak menugaskan anak-anak untuk menggambar binatang namun kami telah mencetaknya terlebih dahulu dan memperbanyak kemudian kami bagikan kepada anak-aank. Disini anak-anak tidak lagi bersusah payah menggambar namun tinggal mewarnai sesuai dengan keinginan anak-anak. Kami juga memfasilitasi peserta didik dengan menyiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk pembelajaran.
Tetapi untuk internet sendiri, kami belum mengajarkannya mengingat usia perkembangan anak yang masih sangat membutuhkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kasar anak. Kami berpikir itu lebih penting dari pada mengajarkannya tentang TIK. Ia juga akan membangun konsep diri bahwa ia membutuhkan guru untuk mengajarnya walaupun TIK dapat memfasilitasi ia untuk belajar. (Sudarwan, 2013 :118-122)
Evaluasi mata kuliah paedagogi
Ini saya tujukan kepada diri saya sendiri dimana saya tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati di awal kuliah. Ketidakaktifan saya di mata kuliah ini semoga menjadi proses pembelajaran untuk diri saya pribadi untuk menepati apa yang telah disepakati.  

Senin, 23 Juni 2014

[ANDRAGOGI] EVALUASI PERFORMA DEMONSTRASI





Prosedur evaluasi:
1.      Mengecek tujuan
Tujuan menampilkan performa demonstrasi adalah untuk menarik perhatian dan mampu mengembangkannya di rumah.
Dan kami telah dapat menarik perhatian audiens untuk tetap attention pada kami.
2.      Memeriksa apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan
Metode yang kami lakukan untuk mencapai tujuan adalah metode demonstrasi. Kami juga mengajarkan dengan rinci, alat dan bahan serta menjelaskan tahap per tahap untuk membuat martabak mini.
3.      Mengumpulkan bukti
Ada 3 waktu dalam pengembaangan kegiatan pendidikan orang dewasa dalam mengumpulkan bukti:
a.       Sebelum kegiatan dimulai
Tidak ada bukti yang dikumpulkan
b.      Saat kegiatan berlangsung
Kertas yang berisi pengalaman audiens bersama martabak yang membuktikan audiens antusias mengikuti jalannya performa
c.       Akhir kegiatan
Setelah membagikan martabak mini, kami langsung menanyak ke semua audiens tentang rasa dari martabak yang kami buat. Dan mereka mengatakan martabak yang kami buat enak.
4.      Menetukan sumber bukti
Sumber bukti yang kami mabil adalah dari audiens yang mengikuti performa demonstrasi.
5.      Menentukan alat untuk memperoleh bukti
Kami tidak menggunakan kuisioner, lembar cek atau alat lain untuk mengumpulkan bukti, kami hanya langsung bertanya ke masing-masing audiens untuk memperoleh bukti.
6.      Menganalisi bukti
Disini kami melakukan evaluasi informal sehingga penganalisisan bukti hanya dilakukan dengan menghitung rata-rata dari pendapat yang telah dilontarkan audiens terhadap martabak kami.
7.      Menggunakan hasil
Hasil dari bukti tersebut kami gunakan untuk kemajuan bersama. Apabila ada kekurangan, kami akan mencoba untuk mengurangi dan kelebihan kami akan kami pertahankan. Serta bukti tersebut akan berguna untuk meyakinkan audiens untuk membuat hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.