Blogger Widgets
Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Rabu, 15 Mei 2013

PABK SLB-B


                             Program Pembelajaran Anak TunaRungu
Hakikat Anak Tuna rungu
I.Pengertian
            Istilah tunarungu secara etimologi dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya.Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa mereka tunarungu.

Seseorang dikatakan tuli jika kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya sendiri,tanpa atau menggunakan alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang dikatakan kurang dengar apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 35 dB sampai 69 dB ISO, sehingga ia mengalami kesulitan untuk mengerti pembicaran orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau dengan alat bantu mendengar(ABM).

II.Tanda-tanda peringatan kemungkinan tunarungu
  • Kurang perhatian
  • Perkembangan bicara yang kurang
  • Kesulitan mengikuti instruksi
  • Menanggapi lebih baik pada pekerjaan tugas ketika guru tersebut cukup dekat dengan si anak atau lebih baik pada tugas menulis daripada tugas lain yang memerlukan respons secara lisan
  • Anak mengamati apa yang sedang dilakukan teman lainnya sebelum mulai pekerjaannya sendiri [mencari petunjuk]
  • Meminta temannya dan guru untuk berbicara lebih keras
  • Menjawab tidak tepat atau gagal untuk menjawab
  • Anak mungkin kelihatan malu, menarik diri atau terlihat keras kepala dan tidak menurut
  • Menolak untuk berpartisipasi dalam aktivitas lisan, tidak tertawa terhadap lelucon
  • Sering mengeluh sakit telinga, pilek, radang tenggorokan


III.Tiga jenis utama ketunarunguan berdasarkan Easterbrooks (1997) :
  1. Conductive loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
  2. Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau syaraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.
  3. Central auditory processing disorder, yaitu gangguan pada sistem syaraf pusat proses auditer yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinganya itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat pemerosesan auditer ini mungkin memiliki pendengaran yang normal bila diukur dengan audiometer, tetapi mereka sering mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya.
IV.Kategori Ketunarunguan
  1. Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
  2. Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
  3. Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
  4. Ketunarunguan berat sekali (profound hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Sejauh tertentu, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan yang sangat tinggi (superpower).
5.      Ketunarunguan Total (Total hearing losses) daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali,yaitu kehilangan lebih dari 120 dB.




Audibility of
Conversational
Speech
Discrimination
Capacity
for Speech
Learning
Modality
Audibility of
Conversational
speech
Discrimination
Capacity
for Speech
Learning
Modality
15-30 Db
Mild

Normal
Normal
Auditory
Normal
Normal
Auditory
31-60 dB
Moderate
Partial
Almost Normal
Auditory with support from vision
Normal
Almost Normal
Auditory
61-90 dB
Severe
None
Irrelevant
Visual
Normal
Good
Auditory with support from Vision
91-120 dB
Profound
None
Irrelevant
Visual
Normal
Poor
Auditory with support from Vision
121 db or more
Total
None
Irrelevant
Visual
None
Irrelevant
Visual
Tabel Klasifikasi Ketunarunguan Menurut Boothroyd
V.Metode Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu
Terdapat tiga metode utama individu tunarungu belajar bahasa, yaitu dengan membaca ujaran, melalui pendengaran, dan dengan komunikasi manual, atau dengan kombinasi ketiga cara tersebut.
1)   Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
Orang dapat memahami pembicaraan orang lain dengan “membaca” ujarannya melalui gerakan bibirnya. Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat terlihat pada bibir (Berger, 1972). Di antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang tertutup atau jauh di bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran yang pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi mereka yang ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa. Seseorang dapat menjadi pembaca ujaran yang baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik tentang struktur bahasa sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai bunyi-bunyi yang “tersembunyi” itu. Jadi, orang tunarungu yang bahasanya normal biasanya merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu prabahasa, dan bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan dapat membaca bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus bergantung pada cara ini (Ashman & Elkins,1994).
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran).

Cued Speech
adalah isyarat gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading).Delapan bentuk tangan yang menggambarkan kelompok-kelompok konsonan diletakkan pada empat posisi di sekitar wajah yang menunjukkan kelompok-kelompok bunyi vokal. Digabungkan dengan gerakan alami bibir pada saat berbicara, isyarat-isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak. Tujuan dari pengembangan komunikasi isyarat ini adalah untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak tunarungu dan memberi mereka fondasi untuk keterampilan membaca dan menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Cued Speech telah diadaptasikan ke sekitar 60 bahasa dan dialek.
Keuntungan dari sistem isyarat ini adalah mudah dipelajari (hanya dalam waktu 18 jam), dapat dipergunakan untuk mengisyaratkan segala macam kata (termasuk kata-kata prokem) maupun bunyi-bunyi non-bahasa. Anak tunarungu yang tumbuh dengan menggunakan cued speech ini mampu membaca dan menulis setara dengan teman-teman sekelasnya yang non-tunarungu .
2)   Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa individu tunarungu dari semua tingkat ketunarunguan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat bantu dengar yang telah terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural dengan tingkat yang berat sekali adalah cochlear implant.
Cochlear implant adalah prostesis alat pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen eksternal (mikropon dan speech processor) yang dipakai oleh pengguna, dan komponen internal (rangkaian elektroda yang melalui pembedahan dimasukkan ke dalam cochlea (ujung organ pendengaran) di telinga bagian dalam. Komponen eksternal dan internal tersebut dihubungkan secara elektrik. Prostesis cochlear implant dirancang untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan langsung memberikan stimulasi elektrik pada syaraf pendengaran (Laughton, 1997).
3)   Belajar Bahasa secara Manual
Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional. Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa komunikasi manual dengan bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Kerugian penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya cenderung membentuk masyarakat yang eksklusif.

Contoh Huruf-huruf Isyarat



VI.Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu
Pengajaran bahasa secara terprogram bagi anak tunarungu harus dimulai sedini mungkin bila kita mengharapkan tingkat keberhasilan yang optimal. Terdapat dua pendekatan dalam pengajaran bahasa kepada anak tunarungu secara dini, yaitu pendekatan auditori-verbal dan auditori-oral.
Praktek klinik dalam terapi musik untuk tuna rungu di fokuskan pada area yang berhubungan dengan komunikasi seperti : pelatihan auditory, produksi suara (berbicara) dan perkembangan bahasa.
Terapi musik menjadi suatu efek kedua untuk memperbaiki rasa sosial dan kepercayaan diri.
Terapi musik masih dianggap tidak praktis. Dikarenakan sebagian besar orang masih mempunyai konsep yang salah terhadap ketuna runguan dalam kapasitasnya untuk mendengar dan mengapresiasi stimulus musik.
Musik juga sangat fleksible dan dapat dimodifikasikan pada level pendengaran pada setiap orang, level bahasa, kematangan dan preferensi musik. Melalui musik, mereka mengarah pada sensitivitas yang inherent dan kapasitas merespon langsung kepada ekspresi dari ritme dan variasi nada, yang dideskripsikan sebagai musik. Mereka juga menekankan, bahwa musik dari berbagai sisi mempunyai efek pada manusia. Musik merupakan media untuk aktivitas dalam bereksplorasi dan pengalaman diri, sehingga berhubungan langsung pada bicara dan bahasa, komunikasi dan pikiran, juga pada ekspresi tubuh dan emosi dalam skala besar. Sehingga terapi musik dapat masuk dan meningkatkan habilitas dan perkembangan secara luas bagi ketuna runguan.

Pendekatan Auditori verbal
Pendekatan auditori-verbal bertujuan agar anak tunarungu tumbuh dalam lingkungan hidup dan belajar yang memungkinkanya menjadi warga yang mandiri, partisipatif dan kontributif dalam masyarakat inklusif. Falsafah auditori-verbal mendukung hak azazi manusia yang mendasar bahwa anak penyandang semua tingkat ketunarunguan berhak atas kesempatan untuk mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan dan menggunakan komunikasi verbal di dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Pendekatan auditori verbal didasarkan atas prinsip mendasar bahwa penggunaan amplifikasi memungkinkan anak belajar mendengarkan, memproses bahasa verbal, dan berbicara. Opsi auditori verbal merupakan strategi intervensi dini, bukan prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam pengajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk mengajarkan prinsip-prinsip auditori verbal kepada orang tua yang mempunyai bayi tunarungu (Goldberg, 1997).
Prinsip-prinsip praktek auditori verbal itu adalah sebagai berikut:
  • Berusaha sedini mungkin mengidentifikasi ketunarunguan pada anak, idealnya di klinik perawatan bayi.
  • Memberikan perlakuan medis terbaik dan teknologi amplifikasi bunyi kepada anak tunarungu sedini mungkin.
  • Membantu anak memahami makna setiap bunyi yang didengarnya, dan mengajari orang tuanya cara membuat agar setiap bunyi bermakna bagi anaknya sepanjang hari.
  • Membantu anak belajar merespon dan menggunakan bunyi sebagaimana yang dilakukan oleh anak yang berpendengaran normal.
  • Menggunakan orang tua anak sebagai model utama untuk belajar ujaran dan komunikasi lisan.
Pendekatan Auditori Oral
Pendekatan auditori oral didasarkan atas premis mendasar bahwa memperoleh kompetensi dalam bahasa lisan, baik secara reseptif maupun ekspresif, merupakan tujuan yang realistis bagi anak tunarungu. Kemampuan ini akan berkembang dengan sebaik-baiknya dalam lingkungan di mana bahasa lisan dipergunakan secara eksklusif. Lingkungan tersebut mencakup lingkungan rumah dan sekolah.
Elemen-elemen pendekatan auditori oral yang sangat penting untuk menjamin keberhasilannya mencakup:
  • Keterlibatan orang tua. Untuk memperoleh bahasa dan ujaran yang efektif menuntut peran aktif orang tua dalam pendidikan bagi anaknya.
  • Upaya intervensi dini yang berfokus pada pendidikan bagi orang tua untuk menjadi partner komunikasi yang efektif.
  • Upaya-upaya di dalam kelas untuk mendukung keterlibatan anak tunarungu dalam kegiatan kelas.
  • Amplifikasi yang tepat. Alat bantu dengar merupakan pilihan utama, tetapi bila tidak efektif, penggunaan cochlear implant merupakan opsi yang memungkinkan.
Keuntungan utama pendekatan auditori-oral ini adalah bahwa anak mampu berkomunikasi secara langsung dengan berbagai macam individu, yang pada gilirannya dapat memberi anak berbagai kemungkinan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
                       
Ada hubungan yang kuat antara bagaimana perasaan seseorang terutama bagi anak dengan tunarungu terhadap dirinya sendiri dan bagaimana cara ia berperilaku. Oleh karena itu, anak tunarungu perlu dibantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri agar eksistensi mereka bisa disejajarkan dengan anak normal.
Beberapa cara untuk membantu anak tunarungu meningkatkan percaya diri:
1. Lakukan attachment parenting :
Sikap orang tua yang responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan anak, sehingga anak mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka dan merasa memiliki kontrol terhadap lingkungan. Jika tidak, mereka merasa tidak berharga sehingga membuat mereka berpikir tidak berharga,butuh dikasihani dan putus asa.
2. Tindakan / perbaiki kepercayaan diri anda sendiri sebagai orang tua :
Mengasuh anak adalah kegiatan terapeutik. Jika ada problem masa lalu yang mempengaruhi pola asuh yang sedang dilakukan orangtua, sebaiknya ia mencari pertolongan psikologis dan mengkonfirmasikannya. Jika orang tua memiliki selfimage yang buruk, khususnya jika ia merasa bahwa itu disebabkan karena pola asuh orang tuanya dahulu, maka cobalah untuk menghentikan pola asuh keluarga yang buruk itu.
3.Jadilah cermin yang positif
Khususnya pada anak-anak prasekolah yang sedang belajar tentang dirinya sendiri,akan tergantung dari reaksi-reaksi orang tua mereka. Apakah orang tua merefleksikan gambaran yang positif / negative pada anak-anak mereka ?? Apakah orang tua memberikan pandangan pada anak bahwa ia menyenangkan ?Pada saat orangtua memberikan refleksi positif terhadap anaknya, maka anak tersebut akan berpikir positif tentang dirinya.
4.Beramainlah dengan anak
Ada saat anak bermain anak akan menerima pesan bahwa ia berharga. Pandanglah bermain sebagai investasi dalam perilaku anak, kesempatan kepada anak unuk merasa spesial, bisa mengungkapkan inisiatif tentang permainan yang akan dilakukan.
5.Panggilah anak dengan namanya
Memanggil anak dengan namanya dan disertai dengan kontak mata akan memberikan pesan kepada anak tersebut bahwa ia special. Anak belajar mengasosiasikan bagaimana cara orang tua menggunakan namanya dengan perilaku yang diharapkan darinya.
6.Lakukan prinsip berkelanjutan
Pada saat anak bertambah besar, kembangkanlah potensi / talenta (bakat) yang ia miliki. Bila anak menikmati suatu aktifitas, ia akan memiliki citra diri(sel-image) yang lebih positif dan dapat berlanjut pada aktifitas-aktifitas lain.
Contohnya : meningkatkan kesenangannya & kenikmatan yang diperoleh anak dari kegiatan renang-nya sekaligus dengan mendukungnya pada bidang akademis.
7.Bantu anak untuk mencapai kesuksesannya :
Mengenali kemampuan anak, memberi s e m a n g a t untuk mencoba mengembangkan kemampuan tersebut. Jika orangtua tidak melindungi anaknya dari harapan-harapan yang tidak realistis , maka rasa bersaingnya (kompetisi-nya) akan terancam. Pastikan bahwa anak percaya b a h w a orangtuanya menghargai-nya karena siapa diri-nya, bukan karena penampilanya.
8.Lindungi anak dari orang-orang yang dapat merusak self-esteemnya
Dengan pola asuh ini selama 3 tahun pertama kehidupan anak telah dapat dipertahankan hubungan yang erat dengan anak , maka orangtua telah memberikan dasar yang kuat mengenai nilai-nilai tentang rumah, k e l u a r g a dan h u b u n g a n interpersonal-nya.Hati-hati dengan pemilihan teman-teman baik disekolah ataupun diluar sekolah, karena nilai-nilai (values) & konsep diri anak dipengaruhi oleh orang-orang yang memiliki peran penting dalm hidupnya seperti saudara, guru, teman-teman dll.
9.Berikan tanggung jawab pada anak
Dengan melibatkan anak pada aktifitas dirumah maupun diluar rumah, memberikan tugas-tugas rumah tangga, dapat membantu mereka merasa berharga,menyalurkan tenaga mereka ke perilaku yang bermanfaat dan mengajarkan ketrampilan-ketrampilan.
Bentuk Sekolah untuk Anak Tunarungu

Sekolah Inklusif Masyarakat
Manfaat
Tantangan
Anak tunarungu dapat terus tinggal dirumah dengan keluarganya.
Teasing and ignoring by other children.
Seringkali lebih murah.
Kurang pengetahuan antara guru tentang bagaimana cara terbaik mengajar anak dengan kemampuan dengan yang berbeda.
Anak tunarungu dapat tetap menjadi bagian dari masyarakat umum.
Mungkin tidak cukup orang fasih dalam bahasa isyarat untuk belajar bahasa lengkap. Perkembangan mental anak dapat terganggu.

Kelas atau Sekolah terpisah
Manfaat
Tantangan
Kesediaan guru dengan pelatihan khusus untuk mengajar anak tunarungu.
Anak mungkin tidak cukup belajar bagaimana hidup dan berinteraksi dengan orang yang berada di ‘dunia mendengar’.
Anak mungkin merasakan kurang gangguan sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan lainnya di sekeliling mereka.
Sekolah ini bisa jauh letaknya dan mahal.
Banyak kesempatan anak untuk bermain, belajar dan mengembangkan ketrampilan sosial dan menjalin pertemanan.
Sebuah kelas dapat berisi anak dengan beraneka tingkat kelas dan umur, dengan demikian membuat para guru mengalami kesulitan untuk mempertemukan kebutuhan yang berbeda dari semua anak.




Program Pendidikan yang akan saya buat dalam SLB-B (Sekolah Luar Biasa Tunarungu)

Program Pendidikan
Kelebihan
Kekurangan
Program Habitilasi
Memperbaiki cara komunikasi melalui pendengaran untuk berinteraksi dengan sosial

Lingkungan sosial terkadang kurang mendukung
Pengenalan Jenis Musik
Merangsang kemampuan mendengar yang tersisa
Alat musik yang mendukung  mahal dan banyak orangtua yang tidak mendukung
Memberikan Alat bantu atau Implant Cochlea
Dapat mendengar dengan lebih baik
Alat bantu mahal dan terkadang tidak cocok dengan telinga nya.
Pelayanan Psikolog dan Dokter THT
Dapat mendiagnosa dengan lebih cepat dan memberikan solusi
Anak dapat memberikan self concept yang salah pada dirinya
Penggunaan Komputer
Agar dapat menjadi ahli dalam komputer dan mengetahui alat praktis dalam bertugas.
Alat yang digunakan mahal dan dapat memberikan dampak yang negatif bagi anak
Belajar Bahasa Asing
Mengajarkan anak untuk mengenali bahasa lain
Guru yang mengajarkan untuk tunarungu sangat susah dicari
Pengembangan Ekstrakulikuler
- Olahraga
- Pelatihan Paskibra
Mengembangkan minat dan bakat anak  serta semangat untuk menghadapi hidup
Banyak anak yang malu akan kemampuannya
Mengembangkan Rasa Percaya Diri
- Mengikuti Turnamen atau lomba-lomba
Menyadarkan anak akan kemampuannya .
Melihat akan kemampuannnya
Bukan penampilannya
Banyak anak yang putus asa dan tidak mau mengikuti lomba-lomba tersebut
Belajar Tentang  Perhitungan
Seperti Kimia,Fisika,Matematika atau Akuntansi
Menjadi ahli dalam perhitungan atau mengembangkan berfikir logika dan otak kiri.
Adanya perbedaan antara cara menghitung antara anak tunarungu dan anak normal
Mengembangkan Keterampilan
Seperti: Menjahit atau membuat alat dengar 
Membuat alat dengar sendiri dan membantu dalam usaha mereka.
Harus ada pelatihan khusus dan dalam jangka waktu yang lama