Blogger Widgets
Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Rabu, 17 Desember 2014

PENJELASAN DARI BIG FIVE TEST


Big Five Personality merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian yang mengelompokan trait kepribadian dengan analisis faktor. Tokoh pelopornya adalah Allport dan Cattell.

Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences.
Trait-trait dalam domain-domain dari Big Five Personality Costa & McCrae (1997) adalah sebagai berikut.
Extraversion (E)
Faktor pertama adalah extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominan-patuh (dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Peergroup mereka juga dianggap sebagai orang-orang yang ramah, fun-loving, affectionate, dan talkative.

Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga dominan dalam lingkungannya Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan tingkat ekstraversion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya.
Agreeableness (A)
Agreebleness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan value survey, seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan penyayang.
Namun, ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan interpersonal orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, dimana ketika berhadapan dengan konflik, self esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu, menghindar dari usaha langsung dalam menyatakan kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang yang memiliki tingkat aggreeableness yang tinggi. Pria yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi dengan penggunaan power yang rendah, akan lebih menunjukan kekuatan jika dibandingkan dengan wanita.
Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif.

Pelajar yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan keluarga dan jarang memiliki konflik dengan teman yang berjenis kelamin berlawanan.
Neuroticism (N)
Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.
Openness (O)
Faktor openness terhadap pengalaman merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru.
Openness mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broadmindedness, dan a world of beauty. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor openess yang rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

Openness dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreatifitas lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness yang tinggi dan tingkat agreeableness yang rendah. Seseorang yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau terbuka terhadap pengalaman lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu masalah.
Conscientiousness (C)
Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang. Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang well-organize, tepat waktu, dan ambisius.
 
Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Di sisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic, membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.
Trait dan Facets Big Five Personality Costa & McCrae
Faktor
Facet
Extraversion (E)
Warmth (E1)
Kecenderungan untuk mudah bergaul dan membagi kasih sayang
Gregariousness (E2)
Kecenderungan untuk banyak berteman dan berinteraksi dengan orang banyak
Assertiveness (E3)
Individu yang cenderung tegas
Activity (E4)
Individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan, memiliki energi dan semangat yang tinggi
Excitement-seeking (E5)
Individu yang suka mencari sensasi dan suka mengambil resiko
Positive emotion (E6)
Kecenderungan untuk mengalami emosi-emosi yang positif seperti bahagia, cinta, dan kegembiraan
Agreeableness (A)
Trust (A1)
Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain
Straightforwardness (A2)
Individu yang terus terang, sungguh-sungguh dalam menyatakan sesuatu
Altruism (A3)
Individu yang murah hati dan memiliki keinginan untuk membantu orang lain
Compliance (A4)
Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal
Modesty (A5)
Individu yang sederhana dan rendah hati
Tender-mindedness (A6)
Simpatik dan peduli terhadap orang lain
Neuroticism (N)
Anxiety (N1)
Kecenderungan untuk gelisah, penuh ketakutan, merasa kuatir, gugup dan tegang
Hostility (N2)
Kecenderungan untuk mengalami amarah, frustasi dan penuh kebencian
Depression (N3)
Kecenderungan untuik mengalami depresi pada individu normal
Self-consciousness (N4)
Individu yang menunjukkan emosi malu, merasa tidak nyaman diantara orang lain, terlalu sensitive, dan mudah merasa rendah diri
Impulsiveness (N5)
Tidak mampu mengotrol keinginan yang berlebihan atau dorongan untuk melakukan sesuatu
Vulnerability (N6)
Kecenderungan untuk tidak mampu menghadapi stress, bergantung pada orang lain, mudah menyerah dan panik bila menghadapi sesuatu yang datang mendadak
Openness (O)
Fantasy (O1)
Individu yang memiliki imajinasi yang tinggi dan aktif
Aesthetic (O2)
Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan keindahan
Feelings (O3)
Individu yang menyadari dan menyelami emosi dan perasannya sendiri
Action (O4)
Individu yang berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru
Ideas (O5)
Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan tidak konvensional
Values (O6)
Kesiapan seseorang untuk menguji ulang nilai-nilai social politik dan agama
Conscientiousness (C)
Competence (C1)
Kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu
Order (C2)
Kemampuan mengorganisasi
Dutifulness (C3)
Memegang erat prinsip hidup
Achievement-striving (C4)
Aspirasi individu dalam mencapai prestasi
Self-discipline (C5)
Mampu mengatur diri sendiri
Deliberation (C6)
Selalu berpikir dahulu sebelum bertindak

Gambaran karakteristik individu skor tinggi dan rendah ketika diukur
Karakteristik skor tinggi
Skala Trait
Karakteristik skor rendah
Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, aktif , banyak bicara, orientasi pada hubungan sesama, optimis, fun-lovingaffectionate. Lembut hati, dapat dipercaya, suka menolong, pemaaf, penurut.Ekstraversion (E) Mengukur kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal, tingkatan aktivitas, kebutuhan akan dorongan, dan kapasitas dan dan kesenangan. Agreeableness (A) Mengukur kualitas dari apa yang dilakukan dengan orang lain dan apa yang dilakukan terhadap orang lain.Tidak ramah, bersahaja, suka menyendiri, orientasi pada tugas, pendiam. Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, pendendam, kejam, manipulatif.
Cemas, gugup, emosional, merasa tidak aman, merasa tidak mampu, mudah panikNeuroticism (N) Menggambarkan stabilitas emosional dengan cakupan-cakupan perasaan negatif yang kuat termasuk kecemasan, kesedihan, irritability dan nervous tension.Tenang, santai, merasa aman, puas terhadap dirinya, tidak emosional, tabah.
Ingin tahu, minat luas, kreatif, original, imajinatif, untraditional.Openness to Experience(O) Gambaran keluasan, kedalaman, dan komplek-sitas mental individu dan pengalamannya.Konvensional, sederhana, minat sempit, tidak artistik, tidak analitis.
Teratur, pekerja keras, dapat diandalkan, disiplin, tepat waktu, rapi, hati-hati.Conscientiousness(C) Mendeskripsikan perilaku yang diarahkan pada tugas dan tujuan dan kontrol dorongan secara sosial.Tanpa tujuan, tidak dapat diandalkan, malas, sembrono, lalai, mudah menyerah, hedonistic.
- See more at: http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian-mainmenu-61/tipologi-kepribadian-mainmenu-62/big-five-personality-mainmenu-63#sthash.PXb1nAe2.dpuf

Kamis, 26 Juni 2014

UAS PAEDAGOGI



1.      Proses pembelajaran yang saya lakukan bersama kelompok merupakan pembelajaran berbasis “kognitif” dimana pembelajaran yang mempersiapkan proyek pembelajaran atau terlibat dalam dialog dengan siswa. Proses pembelajaran tidak menganggap benda yang dapat diketahui sebagai milk pribadi, tetapi sebagai obyek refleksi sendiri dan siswa. Dengan cara ini, pendidik selalu tampil kembali ke bentuk refleksi pada refleksi siswa. Siswa tidak lagi menjadi pedengar yang jinak. (Sudarwan, 2013: 98)
Dimana kami tidak hanya bercerita kepada anak-anak namun kami juga meminta mereka untuk  mengungkapkan pendapat mereka, apa yang mereka inginkan, sampai kesan kedatangan kami ke ‘rumah’ mereka. Dan mereka sangat antusias dengan kedatangan kami, mereka juga lebih kritis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan. Kami sebagai pendidik pemula telah merencanakan untuk menciptakan kondisi dimana pengetahuan pada tingkat narasi digantikandnegan pengetahuan yang benar yang dapat diaplikasikan ke kehidupan anak-anak.
Kami juga menggunakan paradigma belajar strategi 2, 3 dan 4 yang kami kombinasikan. Dimana awalnya kami menjelaskan tugas yang akan dikerjakan oleh anak-anak, kemudian anak-anak membentuk kelompok atau tim untuk meningkatkan kooperatif anak kemudian kami meminta untuk mencari dan menemukan ptongan puzzle untuk disatukan membentuk suatu gambar yang merupakan pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah dan kreativitas melalui penyelidikan dan penemuan. (Sudarwan, 2013:26)

2.      Peran pribadi saya pada saat proses pembelajaran jika dilihat dari sudut pandang Multivarian model adalah: (Sudarwan, 2013: 63-65)
-          Model penciptaan pengetahuan
Dimana pada saat proses pembelajaran, ketika kami memberikan tugas kepada anak-anak untuk menyusun puzzle, masing-masing dari kami mendampingi anak-anak yang terbagi kedalam empat kelompok. Saya berkesempatan untuk mendampingi satu kelompok yang populasinya hampir seluruhnya cewek dan hanya satu anak yang cowok. Anak cowok tersebut terlihat sangat antusias walaupun ia susah sekali untuk diajak berbicara dan ada satu anak cewek yang sangat senang berbicara kepada saya namun ia tidak mau membantu kelompoknya mengerjakan tugas. Dan ada salah satu anak yang kesulitan untuk mencocokkan potongan  puzzle sehingga saya membantunya dengan memberitahu cara awal yang mudah untuk menyusun puzzle yaitu dengan mencari potongan puzzle yang salah satu sisi nya rata maka ia dapat dengan mudah dicocokkan dengan papan puzzle baik sisi kanan kiri atau atas bawah dan melihat warna yang sama dengan potongan tersebut. Dari situ anak-anak mencari potongan yang salah satu sisinya rata sehingga mudah untuk dicocokkan. Dan saya harap pengetahuan yang saya berikan dapat bermanfaat ketika ia bermain ataupun berkompetisi.

-          Model praktik komunitas
Dimana saya bersama teman-teman melatih anak-anak untuk belajar berkelompok dimana menurut Freinet pembelajaran secara berkelompok merupakan pembelajaran yang melatih nak untuk lebih kooperatif dan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan berdasarkan kerja sama dalam proses yang produktif. Ini juga dapat membentuk self concept anak yang positif agar tidak egosi dan sesuai kehendaknya serta memahami bahwa dirinya hidup tidak dapat sendirian namun secara kolektif.
-          Model bangun pengetahuan
Tugas yang saya dan teman-teman berikan kepada anak-anak merupakan tugas yang sangat membangun pengetahuan. Dimana yang merupakan juga pembelajaran berbasis penyelidikan yang kegiatannya dilakukan dengan trial and error yang melibatkan kelompok kerja , inquiry and discoverry, studi lapangan, pemecahan masalah secara terstruktur, eksperimen sederhana dan sebagainya.
Disini anak-anak melakukan pembelajaran trial and error ketika mereka menconba mencocokkan potongan-potongan dengan potongan yang telah tersusun di papan dan mereka juga melakukan inquiry dimana mereka harus mencari potongan yang warna nya hampir sama agar potongan tersebut dapat dicocokkan dan menjadi sebuah gambar, proses-proses tersebut membuat anak-anak melakuakn pemecahan masalah secara terstruktur.

3.      Pengalaman saya merencanakan dan menjalankan pembelajaran mata kuliah paedagogi adalah pengalaman yang sangat berharga dimaan saya berkesempatan untuk membuat rancangan proses pembelajaran dalam 2 hari yang pada dasarnya saya belum pernah melakukan hal tersebut. Ditambah lagi dengan pengetahuan mengenai anak-anak yang dangkal sehingga saya mengakui sangat banyak kesulitan yang saya hadapi karna rancangan proses pembelajaran tidak boleh sembarangan dirancang. Kita harus melihat tahap perkembangannya, apa yang ia butuhkan sampai fasilitas serta pembelajaran yang ada di sekolah tersebut. Beruntungnya kelompok saya merupakan salah satu yang di supervisi oleh Bu Dina. Ia yang memberikan arahan-arahan agar kami meminimalkan kesalahan kami sebagai pengajar amatiran. Ia juga yang menumbuhkan kami insight untuk memperbaiki apa-apa saja yang kurang dari rencana proses pembelajaran yang kami buat. Namun, ketika di tempat saya pribadi sangat nervous dan sangat berbeda ketika saya ingin presentasi di depan kelas. Saya takut salah bicara kepada anak-anak sehingga untuk mengeluarkan kata-kata harus dipikir beberapa kali dan saya juga harus meninggalkan jargon-jargon yang anak-anak tidak mengerti. Saya juga harus berbicara lebih keras dari biasanya agar anak-anakmau mendengarkan saya serta ahrus cepat dan tanggap apa yang anak-anak butuhkan untuk mendiamkan anak-anak tersebut. Kami semua memutar otak agar strategi kami tidak salah ditangkap oleh anak-anak. Namun, ketika kami mempresentasikan hasil praktek kami ternyata kami baru sadar bahwa kami salah memakai strategi untuk anak-anak yaitu reward.
Jika dikaitkan dengan kenikmatan Belajar dimana guru adalah pusat sebuah jaringan radial yang jari-jarinya terdefinisi dengan baik, dikemas, dengan hati-hati dalam mengirimkan informasi kepada siswa yang terletak di tepi radial.kami berusaha untuk membuat rencana program pembelajaran yang dapat membantu anak-anak meningkatkan kemampuannya berpikir sendiri, menuntut interaksi kelompok, cerdas serta dapat mengedit umpan ballik guru. Kami juga memanfaatkan TIK untuk rencana program pembelajaran dimana kami tidak menugaskan anak-anak untuk menggambar binatang namun kami telah mencetaknya terlebih dahulu dan memperbanyak kemudian kami bagikan kepada anak-aank. Disini anak-anak tidak lagi bersusah payah menggambar namun tinggal mewarnai sesuai dengan keinginan anak-anak. Kami juga memfasilitasi peserta didik dengan menyiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk pembelajaran.
Tetapi untuk internet sendiri, kami belum mengajarkannya mengingat usia perkembangan anak yang masih sangat membutuhkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kasar anak. Kami berpikir itu lebih penting dari pada mengajarkannya tentang TIK. Ia juga akan membangun konsep diri bahwa ia membutuhkan guru untuk mengajarnya walaupun TIK dapat memfasilitasi ia untuk belajar. (Sudarwan, 2013 :118-122)
Evaluasi mata kuliah paedagogi
Ini saya tujukan kepada diri saya sendiri dimana saya tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati di awal kuliah. Ketidakaktifan saya di mata kuliah ini semoga menjadi proses pembelajaran untuk diri saya pribadi untuk menepati apa yang telah disepakati.  

Senin, 23 Juni 2014

[ANDRAGOGI] EVALUASI PERFORMA DEMONSTRASI





Prosedur evaluasi:
1.      Mengecek tujuan
Tujuan menampilkan performa demonstrasi adalah untuk menarik perhatian dan mampu mengembangkannya di rumah.
Dan kami telah dapat menarik perhatian audiens untuk tetap attention pada kami.
2.      Memeriksa apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan
Metode yang kami lakukan untuk mencapai tujuan adalah metode demonstrasi. Kami juga mengajarkan dengan rinci, alat dan bahan serta menjelaskan tahap per tahap untuk membuat martabak mini.
3.      Mengumpulkan bukti
Ada 3 waktu dalam pengembaangan kegiatan pendidikan orang dewasa dalam mengumpulkan bukti:
a.       Sebelum kegiatan dimulai
Tidak ada bukti yang dikumpulkan
b.      Saat kegiatan berlangsung
Kertas yang berisi pengalaman audiens bersama martabak yang membuktikan audiens antusias mengikuti jalannya performa
c.       Akhir kegiatan
Setelah membagikan martabak mini, kami langsung menanyak ke semua audiens tentang rasa dari martabak yang kami buat. Dan mereka mengatakan martabak yang kami buat enak.
4.      Menetukan sumber bukti
Sumber bukti yang kami mabil adalah dari audiens yang mengikuti performa demonstrasi.
5.      Menentukan alat untuk memperoleh bukti
Kami tidak menggunakan kuisioner, lembar cek atau alat lain untuk mengumpulkan bukti, kami hanya langsung bertanya ke masing-masing audiens untuk memperoleh bukti.
6.      Menganalisi bukti
Disini kami melakukan evaluasi informal sehingga penganalisisan bukti hanya dilakukan dengan menghitung rata-rata dari pendapat yang telah dilontarkan audiens terhadap martabak kami.
7.      Menggunakan hasil
Hasil dari bukti tersebut kami gunakan untuk kemajuan bersama. Apabila ada kekurangan, kami akan mencoba untuk mengurangi dan kelebihan kami akan kami pertahankan. Serta bukti tersebut akan berguna untuk meyakinkan audiens untuk membuat hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.