1. Proses
pembelajaran yang saya lakukan bersama kelompok merupakan pembelajaran berbasis
“kognitif” dimana pembelajaran yang mempersiapkan proyek pembelajaran atau
terlibat dalam dialog dengan siswa. Proses pembelajaran tidak menganggap benda
yang dapat diketahui sebagai milk pribadi, tetapi sebagai obyek refleksi
sendiri dan siswa. Dengan cara ini, pendidik selalu tampil kembali ke bentuk
refleksi pada refleksi siswa. Siswa tidak lagi menjadi pedengar yang jinak.
(Sudarwan, 2013: 98)
Dimana
kami tidak hanya bercerita kepada anak-anak namun kami juga meminta mereka
untuk mengungkapkan pendapat mereka, apa
yang mereka inginkan, sampai kesan kedatangan kami ke ‘rumah’ mereka. Dan
mereka sangat antusias dengan kedatangan kami, mereka juga lebih kritis untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan. Kami sebagai pendidik
pemula telah merencanakan untuk menciptakan kondisi dimana pengetahuan pada
tingkat narasi digantikandnegan pengetahuan yang benar yang dapat diaplikasikan
ke kehidupan anak-anak.
Kami
juga menggunakan paradigma belajar strategi 2, 3 dan 4 yang kami kombinasikan.
Dimana awalnya kami menjelaskan tugas yang akan dikerjakan oleh anak-anak,
kemudian anak-anak membentuk kelompok atau tim untuk meningkatkan kooperatif anak
kemudian kami meminta untuk mencari dan menemukan ptongan puzzle untuk disatukan membentuk suatu gambar yang merupakan
pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah dan kreativitas melalui
penyelidikan dan penemuan. (Sudarwan, 2013:26)
2. Peran
pribadi saya pada saat proses pembelajaran jika dilihat dari sudut pandang
Multivarian model adalah: (Sudarwan, 2013: 63-65)
-
Model penciptaan pengetahuan
Dimana pada saat proses
pembelajaran, ketika kami memberikan tugas kepada anak-anak untuk menyusun puzzle, masing-masing dari kami
mendampingi anak-anak yang terbagi kedalam empat kelompok. Saya berkesempatan
untuk mendampingi satu kelompok yang populasinya hampir seluruhnya cewek dan
hanya satu anak yang cowok. Anak cowok tersebut terlihat sangat antusias walaupun
ia susah sekali untuk diajak berbicara dan ada satu anak cewek yang sangat
senang berbicara kepada saya namun ia tidak mau membantu kelompoknya
mengerjakan tugas. Dan ada salah satu anak yang kesulitan untuk mencocokkan
potongan puzzle sehingga saya membantunya dengan
memberitahu cara awal yang mudah untuk menyusun puzzle yaitu dengan mencari potongan puzzle yang salah satu sisi nya rata maka ia dapat dengan mudah
dicocokkan dengan papan puzzle baik sisi kanan kiri atau atas bawah dan melihat
warna yang sama dengan potongan tersebut. Dari situ anak-anak mencari potongan
yang salah satu sisinya rata sehingga mudah untuk dicocokkan. Dan saya harap
pengetahuan yang saya berikan dapat bermanfaat ketika ia bermain ataupun
berkompetisi.
-
Model praktik komunitas
Dimana saya bersama
teman-teman melatih anak-anak untuk belajar berkelompok dimana menurut Freinet
pembelajaran secara berkelompok merupakan pembelajaran yang melatih nak untuk
lebih kooperatif dan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan berdasarkan kerja
sama dalam proses yang produktif. Ini juga dapat membentuk self concept anak yang positif agar tidak egosi dan sesuai
kehendaknya serta memahami bahwa dirinya hidup tidak dapat sendirian namun
secara kolektif.
-
Model bangun pengetahuan
Tugas yang saya dan
teman-teman berikan kepada anak-anak merupakan tugas yang sangat membangun
pengetahuan. Dimana yang merupakan juga pembelajaran berbasis penyelidikan yang
kegiatannya dilakukan dengan trial and
error yang melibatkan kelompok kerja , inquiry
and discoverry, studi lapangan, pemecahan masalah secara terstruktur,
eksperimen sederhana dan sebagainya.
Disini anak-anak
melakukan pembelajaran trial and error
ketika mereka menconba mencocokkan potongan-potongan dengan potongan yang telah
tersusun di papan dan mereka juga melakukan inquiry
dimana mereka harus mencari potongan yang warna nya hampir sama agar potongan
tersebut dapat dicocokkan dan menjadi sebuah gambar, proses-proses tersebut
membuat anak-anak melakuakn pemecahan masalah secara terstruktur.
3. Pengalaman
saya merencanakan dan menjalankan pembelajaran mata kuliah paedagogi adalah
pengalaman yang sangat berharga dimaan saya berkesempatan untuk membuat
rancangan proses pembelajaran dalam 2 hari yang pada dasarnya saya belum pernah
melakukan hal tersebut. Ditambah lagi dengan pengetahuan mengenai anak-anak
yang dangkal sehingga saya mengakui sangat banyak kesulitan yang saya hadapi
karna rancangan proses pembelajaran tidak boleh sembarangan dirancang. Kita
harus melihat tahap perkembangannya, apa yang ia butuhkan sampai fasilitas
serta pembelajaran yang ada di sekolah tersebut. Beruntungnya kelompok saya
merupakan salah satu yang di supervisi oleh Bu Dina. Ia yang memberikan
arahan-arahan agar kami meminimalkan kesalahan kami sebagai pengajar amatiran.
Ia juga yang menumbuhkan kami insight untuk memperbaiki apa-apa saja yang
kurang dari rencana proses pembelajaran yang kami buat. Namun, ketika di tempat
saya pribadi sangat nervous dan sangat berbeda ketika saya ingin presentasi di
depan kelas. Saya takut salah bicara kepada anak-anak sehingga untuk
mengeluarkan kata-kata harus dipikir beberapa kali dan saya juga harus
meninggalkan jargon-jargon yang anak-anak tidak mengerti. Saya juga harus
berbicara lebih keras dari biasanya agar anak-anakmau mendengarkan saya serta
ahrus cepat dan tanggap apa yang anak-anak butuhkan untuk mendiamkan anak-anak
tersebut. Kami semua memutar otak agar strategi kami tidak salah ditangkap oleh
anak-anak. Namun, ketika kami mempresentasikan hasil praktek kami ternyata kami
baru sadar bahwa kami salah memakai strategi untuk anak-anak yaitu reward.
Jika
dikaitkan dengan kenikmatan Belajar dimana guru adalah pusat sebuah jaringan
radial yang jari-jarinya terdefinisi dengan baik, dikemas, dengan hati-hati
dalam mengirimkan informasi kepada siswa yang terletak di tepi radial.kami
berusaha untuk membuat rencana program pembelajaran yang dapat membantu
anak-anak meningkatkan kemampuannya berpikir sendiri, menuntut interaksi
kelompok, cerdas serta dapat mengedit umpan ballik guru. Kami juga memanfaatkan
TIK untuk rencana program pembelajaran dimana kami tidak menugaskan anak-anak
untuk menggambar binatang namun kami telah mencetaknya terlebih dahulu dan
memperbanyak kemudian kami bagikan kepada anak-aank. Disini anak-anak tidak
lagi bersusah payah menggambar namun tinggal mewarnai sesuai dengan keinginan
anak-anak. Kami juga memfasilitasi peserta didik dengan menyiapkan apa-apa saja
yang dibutuhkan untuk pembelajaran.
Tetapi
untuk internet sendiri, kami belum mengajarkannya mengingat usia perkembangan
anak yang masih sangat membutuhkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus dan kasar anak. Kami berpikir itu lebih penting dari pada
mengajarkannya tentang TIK. Ia juga akan membangun konsep diri bahwa ia
membutuhkan guru untuk mengajarnya walaupun TIK dapat memfasilitasi ia untuk
belajar. (Sudarwan, 2013 :118-122)
Evaluasi
mata kuliah paedagogi
Ini
saya tujukan kepada diri saya sendiri dimana saya tidak sesuai dengan kontrak
yang telah disepakati di awal kuliah. Ketidakaktifan saya di mata kuliah ini
semoga menjadi proses pembelajaran untuk diri saya pribadi untuk menepati apa
yang telah disepakati.
0 komentar:
Posting Komentar