Blogger Widgets
Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Kamis, 26 Juni 2014

UAS PAEDAGOGI



1.      Proses pembelajaran yang saya lakukan bersama kelompok merupakan pembelajaran berbasis “kognitif” dimana pembelajaran yang mempersiapkan proyek pembelajaran atau terlibat dalam dialog dengan siswa. Proses pembelajaran tidak menganggap benda yang dapat diketahui sebagai milk pribadi, tetapi sebagai obyek refleksi sendiri dan siswa. Dengan cara ini, pendidik selalu tampil kembali ke bentuk refleksi pada refleksi siswa. Siswa tidak lagi menjadi pedengar yang jinak. (Sudarwan, 2013: 98)
Dimana kami tidak hanya bercerita kepada anak-anak namun kami juga meminta mereka untuk  mengungkapkan pendapat mereka, apa yang mereka inginkan, sampai kesan kedatangan kami ke ‘rumah’ mereka. Dan mereka sangat antusias dengan kedatangan kami, mereka juga lebih kritis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan. Kami sebagai pendidik pemula telah merencanakan untuk menciptakan kondisi dimana pengetahuan pada tingkat narasi digantikandnegan pengetahuan yang benar yang dapat diaplikasikan ke kehidupan anak-anak.
Kami juga menggunakan paradigma belajar strategi 2, 3 dan 4 yang kami kombinasikan. Dimana awalnya kami menjelaskan tugas yang akan dikerjakan oleh anak-anak, kemudian anak-anak membentuk kelompok atau tim untuk meningkatkan kooperatif anak kemudian kami meminta untuk mencari dan menemukan ptongan puzzle untuk disatukan membentuk suatu gambar yang merupakan pembelajaran keterampilan berpikir, pemecahan masalah dan kreativitas melalui penyelidikan dan penemuan. (Sudarwan, 2013:26)

2.      Peran pribadi saya pada saat proses pembelajaran jika dilihat dari sudut pandang Multivarian model adalah: (Sudarwan, 2013: 63-65)
-          Model penciptaan pengetahuan
Dimana pada saat proses pembelajaran, ketika kami memberikan tugas kepada anak-anak untuk menyusun puzzle, masing-masing dari kami mendampingi anak-anak yang terbagi kedalam empat kelompok. Saya berkesempatan untuk mendampingi satu kelompok yang populasinya hampir seluruhnya cewek dan hanya satu anak yang cowok. Anak cowok tersebut terlihat sangat antusias walaupun ia susah sekali untuk diajak berbicara dan ada satu anak cewek yang sangat senang berbicara kepada saya namun ia tidak mau membantu kelompoknya mengerjakan tugas. Dan ada salah satu anak yang kesulitan untuk mencocokkan potongan  puzzle sehingga saya membantunya dengan memberitahu cara awal yang mudah untuk menyusun puzzle yaitu dengan mencari potongan puzzle yang salah satu sisi nya rata maka ia dapat dengan mudah dicocokkan dengan papan puzzle baik sisi kanan kiri atau atas bawah dan melihat warna yang sama dengan potongan tersebut. Dari situ anak-anak mencari potongan yang salah satu sisinya rata sehingga mudah untuk dicocokkan. Dan saya harap pengetahuan yang saya berikan dapat bermanfaat ketika ia bermain ataupun berkompetisi.

-          Model praktik komunitas
Dimana saya bersama teman-teman melatih anak-anak untuk belajar berkelompok dimana menurut Freinet pembelajaran secara berkelompok merupakan pembelajaran yang melatih nak untuk lebih kooperatif dan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan berdasarkan kerja sama dalam proses yang produktif. Ini juga dapat membentuk self concept anak yang positif agar tidak egosi dan sesuai kehendaknya serta memahami bahwa dirinya hidup tidak dapat sendirian namun secara kolektif.
-          Model bangun pengetahuan
Tugas yang saya dan teman-teman berikan kepada anak-anak merupakan tugas yang sangat membangun pengetahuan. Dimana yang merupakan juga pembelajaran berbasis penyelidikan yang kegiatannya dilakukan dengan trial and error yang melibatkan kelompok kerja , inquiry and discoverry, studi lapangan, pemecahan masalah secara terstruktur, eksperimen sederhana dan sebagainya.
Disini anak-anak melakukan pembelajaran trial and error ketika mereka menconba mencocokkan potongan-potongan dengan potongan yang telah tersusun di papan dan mereka juga melakukan inquiry dimana mereka harus mencari potongan yang warna nya hampir sama agar potongan tersebut dapat dicocokkan dan menjadi sebuah gambar, proses-proses tersebut membuat anak-anak melakuakn pemecahan masalah secara terstruktur.

3.      Pengalaman saya merencanakan dan menjalankan pembelajaran mata kuliah paedagogi adalah pengalaman yang sangat berharga dimaan saya berkesempatan untuk membuat rancangan proses pembelajaran dalam 2 hari yang pada dasarnya saya belum pernah melakukan hal tersebut. Ditambah lagi dengan pengetahuan mengenai anak-anak yang dangkal sehingga saya mengakui sangat banyak kesulitan yang saya hadapi karna rancangan proses pembelajaran tidak boleh sembarangan dirancang. Kita harus melihat tahap perkembangannya, apa yang ia butuhkan sampai fasilitas serta pembelajaran yang ada di sekolah tersebut. Beruntungnya kelompok saya merupakan salah satu yang di supervisi oleh Bu Dina. Ia yang memberikan arahan-arahan agar kami meminimalkan kesalahan kami sebagai pengajar amatiran. Ia juga yang menumbuhkan kami insight untuk memperbaiki apa-apa saja yang kurang dari rencana proses pembelajaran yang kami buat. Namun, ketika di tempat saya pribadi sangat nervous dan sangat berbeda ketika saya ingin presentasi di depan kelas. Saya takut salah bicara kepada anak-anak sehingga untuk mengeluarkan kata-kata harus dipikir beberapa kali dan saya juga harus meninggalkan jargon-jargon yang anak-anak tidak mengerti. Saya juga harus berbicara lebih keras dari biasanya agar anak-anakmau mendengarkan saya serta ahrus cepat dan tanggap apa yang anak-anak butuhkan untuk mendiamkan anak-anak tersebut. Kami semua memutar otak agar strategi kami tidak salah ditangkap oleh anak-anak. Namun, ketika kami mempresentasikan hasil praktek kami ternyata kami baru sadar bahwa kami salah memakai strategi untuk anak-anak yaitu reward.
Jika dikaitkan dengan kenikmatan Belajar dimana guru adalah pusat sebuah jaringan radial yang jari-jarinya terdefinisi dengan baik, dikemas, dengan hati-hati dalam mengirimkan informasi kepada siswa yang terletak di tepi radial.kami berusaha untuk membuat rencana program pembelajaran yang dapat membantu anak-anak meningkatkan kemampuannya berpikir sendiri, menuntut interaksi kelompok, cerdas serta dapat mengedit umpan ballik guru. Kami juga memanfaatkan TIK untuk rencana program pembelajaran dimana kami tidak menugaskan anak-anak untuk menggambar binatang namun kami telah mencetaknya terlebih dahulu dan memperbanyak kemudian kami bagikan kepada anak-aank. Disini anak-anak tidak lagi bersusah payah menggambar namun tinggal mewarnai sesuai dengan keinginan anak-anak. Kami juga memfasilitasi peserta didik dengan menyiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk pembelajaran.
Tetapi untuk internet sendiri, kami belum mengajarkannya mengingat usia perkembangan anak yang masih sangat membutuhkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kasar anak. Kami berpikir itu lebih penting dari pada mengajarkannya tentang TIK. Ia juga akan membangun konsep diri bahwa ia membutuhkan guru untuk mengajarnya walaupun TIK dapat memfasilitasi ia untuk belajar. (Sudarwan, 2013 :118-122)
Evaluasi mata kuliah paedagogi
Ini saya tujukan kepada diri saya sendiri dimana saya tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati di awal kuliah. Ketidakaktifan saya di mata kuliah ini semoga menjadi proses pembelajaran untuk diri saya pribadi untuk menepati apa yang telah disepakati.  

Senin, 23 Juni 2014

[ANDRAGOGI] EVALUASI PERFORMA DEMONSTRASI





Prosedur evaluasi:
1.      Mengecek tujuan
Tujuan menampilkan performa demonstrasi adalah untuk menarik perhatian dan mampu mengembangkannya di rumah.
Dan kami telah dapat menarik perhatian audiens untuk tetap attention pada kami.
2.      Memeriksa apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan
Metode yang kami lakukan untuk mencapai tujuan adalah metode demonstrasi. Kami juga mengajarkan dengan rinci, alat dan bahan serta menjelaskan tahap per tahap untuk membuat martabak mini.
3.      Mengumpulkan bukti
Ada 3 waktu dalam pengembaangan kegiatan pendidikan orang dewasa dalam mengumpulkan bukti:
a.       Sebelum kegiatan dimulai
Tidak ada bukti yang dikumpulkan
b.      Saat kegiatan berlangsung
Kertas yang berisi pengalaman audiens bersama martabak yang membuktikan audiens antusias mengikuti jalannya performa
c.       Akhir kegiatan
Setelah membagikan martabak mini, kami langsung menanyak ke semua audiens tentang rasa dari martabak yang kami buat. Dan mereka mengatakan martabak yang kami buat enak.
4.      Menetukan sumber bukti
Sumber bukti yang kami mabil adalah dari audiens yang mengikuti performa demonstrasi.
5.      Menentukan alat untuk memperoleh bukti
Kami tidak menggunakan kuisioner, lembar cek atau alat lain untuk mengumpulkan bukti, kami hanya langsung bertanya ke masing-masing audiens untuk memperoleh bukti.
6.      Menganalisi bukti
Disini kami melakukan evaluasi informal sehingga penganalisisan bukti hanya dilakukan dengan menghitung rata-rata dari pendapat yang telah dilontarkan audiens terhadap martabak kami.
7.      Menggunakan hasil
Hasil dari bukti tersebut kami gunakan untuk kemajuan bersama. Apabila ada kekurangan, kami akan mencoba untuk mengurangi dan kelebihan kami akan kami pertahankan. Serta bukti tersebut akan berguna untuk meyakinkan audiens untuk membuat hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Minggu, 13 April 2014

[PAEDAGOGI] TUGAS INDIVIDU



TUGAS INDIVIDU PAEDAGOGI
HASIL WAWANCARA

DISUSUN OLEH :
BYUTI RIDHA ANDINI
121301001


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN
            Wanita muda yang mengawali karirnya di tahun 2002 ini merupakan anak ke 3 dari 4 saudara dan telah menyelesaikan pendidikan nya di tahun 2005 ini merupakan sosok yang cerdas dan sangat edukatif. Ia merupakan alumni dari Teknik Elektro  Universitas Negri Medan. Dan ia telah mengajar selama 12 tahun dengan berbagai ilmu yang ia ajarkan dan sekolah yang berbeda . Pemilik tempat les El-Natio ini  dilahirkan di Medan tepatnya tanggal 10 Agustus 1981. Ia mengajar sejak ia duduk di Semester 2 yang mulanya dengan mengajar les privat dan akhirnya ia membuka sebuah tempat les privat yang ia kelola sendiri untuk TK- SMP yang memperkerjakan 3 mahasiswa dan 1 guru SLB. Saya sangat excited ketika melihat ia mengajar pada saat dikelas maupun di luar kelas. Gaya bicara nya yang ‘cerewet’ dan sangat sederhana membuat anak-anak dengan mudah memahami maksud dari pembelajaran tersebut. Namun, ia juga tidak segan untuk menghukum muridnya yang tidak ingin belajar dengan cara menahannya pulang dan ia beranggapan walaupun itu tempat les namun merekasemua telah membayar dan orangtua mereka mempercayakan mereka pada tempat les tersebut yang artinya itulah tanggung jawabnya untuk menuntun ana-anak yang telah ditipkan itu untuk belajar. Tidak jarang anak-anak yang datang tersebut ke tempat les hanya untuk bermain. Ia juga tidak jarang mengajarkan para mahasiswa dalam cara mengajarkan yang baik serta pembuatan soal yang semenarik mungkin. Bahkan ada juga orangtua murid yang meminta langsung kepadanya untuk mengajari anaknya dan berani untuk membayar uang les tersebut2 kali lipat. Karna apabila telah mengenalnya maka akan tahu kualitas ia mengajar walaupun menurut saya ia masih menganut paedagogi tradisional karna dari observasi yang saya lihat. Ia masih mengharuskan murid nya untuk memperhatikan ketika ia mengajar dan anak-anak harus menuruti apa yang ia mau tanpa mencoba untuk mengembangkan kemandirian inisiatif muridnya.
Yang  saya kagumi dari nya ialah ketika ia mentransformasikan ilmunya kepada siswa-siswanya. Ia dapat membuat siswa nya mengerti secara ‘tematik’ yang artinya yang ia ajarkan bertema, tidak hanya satu pengetahuan yang dapatia berikan dalam satu kalimat namun banyak pengetahuan yang berbeda dengan ilmu yang sedang ia ajarkan. Ia memakai komunikasi 2 arah dimana ketika ia memberikan maka murid nya menerima ilmu tersebut. Ia juga mampu berbicara secara sederhana, berpengetahuan luas, menginspirasi agar siswa dapat memahami , mengevaluasi, dan menimbang serta mengenali kebenaran. Ia juga menganut pendekatan B.F Skinner dimana ia memberikan suatu stimulus kemudian ia melihat respon dari anak-anak tersebut. Apabila stimulus tersebut dianggap memberikan respon yang baik maka ia akan meneruskan stimulus jika tidak maka sebaliknya.




















BAB II
HASIL WAWANCARA
Inisial Guru : JTS
1.      Pandangan guru tentang pendidikan
Dari wawancara yang saya lakukan, pandangan kak juli terhadap pendidikan yaitu baginya pendidikan adalah sesuatu yang membangkitkan kehidupan menjadi lebih baik, mendidik dan mengarahkan anak-anak kejalan yang benar dan pendidikan adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Pendidikan juga yang akan membuat anak-anak dapat menentukan jalannya dan membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Namun pendidikan juga akan merusak anak bangsa apabila tidak dibekali dengan keimanan. Contohnya, para koruptor yang karena kepintarannya, ia dapat memanipulasi persepsi rakyatnya yang tidak sesuai dengan keadaan nyatanya. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mampu menempah anak bangsa tetapi pendidikan yang juga dapat menjadi suri tauladan bagi muridnya. Ia juga menyayangkan banyaknya biaya yang akan dikeluarkan orangtua demi pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Banyak sekolah yang memungut biaya berlebihan dalam pendidikan serta ada juga yang seolah-olah memilih muridnya “yang kaya yang masuk” yang artinya hanya orangtuayang mampu membayar uang pembangunan yang telah ditentukan yang minimal itu sama seperti uang sekolah anaknya. Sepertinya sekolah-sekolah telah melupakan bahwa pendidikan adalah hak semua orang. Tetapi ada juga tempat pendidikan yang mengharuskan muridnya memiliki nilai diatas 8 dan apabila tidakmemenuhi target maka, anak tersebut akan tinggal kelas. Menurut dia, ini baik hanya saja akan ada kecurangan-kecurangan atau bahkan para orangtua memberikan les yang berlebihan kepada sang anak tanpa memperdulikan tugas perkembangan dari anak. Tidak jarang anak-anak tersebut mengaku kelelahan dan sampai tidak ada niat lagi untuk belajar. Baginya pendidikan merupakan jembatan kesuksesan untuk meraih masa depan yang lebih baik lagi. Dah diharapkan pendidik dapat memahami artipendidikan seutuhnya dan mendidik selayaknya orang yang ‘berpendidikan’. Dan yang palingg ia tekankan adalah semua orang harus berpikiran positif terhadap pendidikan karena pendidikan adalah dasar untuk menempah sikap, mental dan cara pandang hidup kita kedepannya jadi pendidikan harus tetapp dikembangkan sesuai kebutuhan zaman.

2.      Motivasi yang mendasarinya
Sebenarnya tidak ada motivasi yang mendasar ketika ia memutuskan untuk menjadi guru. Pada awalnya ia menganggap menjadi guru adalah sesuatu yang mudah dilakukan dengan bermodalkan ilmu pengetahuan yang telah dilalui serta dapat mengisi kekosongan waktu ketika jam mata kuliah telah habis serta dapat menambah biaya kuliah juga. Seiring berjalannya waktu ia merasakan ada feel  yang berbeda ketika ia mengajar dan seringnya ia bertemu dengan anak-anak serta mulai enjoy dan ia mengatakan bahwa mengajar itu seru penuh tantangan apalagi terhadap hal yang baru dan ia sangat senang bila melihat anak didiknya mendapat ilmu yang tadinya mereka tidak tahu menjadi paham dan membuat mereka tertarik belajar. . Namun, lama-kelamaan ia malah mengutamakan pekerjaannya sebagai guru daripada kuliahnya sampai-sampai ia tamat setelah 6 tahun dikarenakan jadwal mengajar yang dari jam 3 sore sampai jam 9 malam. Sehingga pengalamannya lah yang membuat ia menjadi guru, dipercaya oleh para orangtua yang mengutusnya untuk memberi pendidikan tambahan diluar jam sekolah. Hingga setelah ia lulus kuliah, ia menjajaki dunia pendidikan formal untuk menantang kemampuannya dalam mendidik. Dan kemudian ia sadar bahwa motivasi yang awalnya eksternal itu menjadi motivasi internal untuk tetap terus menjadi seorang tenaga pendidik. Sehingga sampai sekarang ia mampu menyentuh hati anak untuk meningkatkan motivasi belajar. Dan merasa ‘aneh’ jika tidak mengajar dalam satu hari seperti mengajar merupakan bagian dari hidupnya. Serta ia lebih tertantang bagaimana membuat mereka jadi lebih bijak dalam belajar bukan pintar dalam belajar dan itulah sebabnya ia membuka lembaga pendidikan.

3.      Bagaimana sudut pandangnya sebagai guru dalam melihat peserta didik
Peserta didik adalah anak-anak yang harus ia didik, ia menganggap peserta didik adalah sebuah bank yang memiliki kemampuan yang harus ia kembangkan dan ia didik moral serta mentalnya. Peserta didik memiliki nilai yang amat besar, merupakan calon-calon yang akan membawa bangsa ke taraf internasional. Sehingga ia menganggap, ia wajib memberikan pendidikan yang terbaik bagi peserta didiknya. Ia melihat peserta didik dari sudut pandang yang menurut saya berbeda dari guru yang lain karena ketika ia ingin mengajak anak untuk belajar maka ia harus kenal dulu terhadap keluarganya dan selalu membawa-bawa keluarga anak didik dalam mendidik anak tersebut. Ketika anak didik mulai malas dan tidak bersemangat maka ia akan bercerita tentang bagaimana susahnya orangtuanya mencari uang untuk ia sekolah. Sebagian besar anak mulai sadar dan mulai untuk bersemangat lagi dalam belajarnya. Tetapi, ada anak yang harus ia lihat dari sudut pandang usianya, apa yang anak tersebut inginkan dan bagaimana psikologis anak tersebut di usia nya. Semua itu ia pertimbangkan dengan baik agar anak dapat belajar lebih baik lagi. Sehingga pembelajaran pun menarik bagi anak-anak. Ia juga melihat peserta didik dari sudut pandang sosial anak didik. Dimana anak didik tersebut akan terpengaruh dan mempengaruhi teman-teman lainnya. Sehingga ia harus memisahkan anak-anak yang sulit diatur dengan anak yang ingin belajar. Ia dengan sengaja memisahkan ruangan-ruangan belajar.

4.      Apa filosofi dalam mengajar
Baginya mengajar adalah hal yang sangat mulia, mampu memberikan pencerahan dan pengetahuan terhadap anak-anak. Ia merasa bahwa mengajar adalah sebagian dari jiwanya yang apabila tidak ia lakukan maka ia seperti merasakan adayang hilang dari hidupnya. Mengajar bukan hanya mentransformasikan ilmu tetapi ia juga harus menyesuaikan ekspresi dan improvisasinya ketika mengajar. Dan ia harus mampu menempatkan ekspresi nya baik ketika marah maupun ketika bangga akan anak-anaknya. Serta ia juga harus mampu mengkomunikasikan sesederhana mungkin agar anak-anak dapat mengerti dengan baik apa yang ia ajarkan. Jadi, mengajar baginya bukan hanya ilmu dan seni semata, melainkan aktivitas profesional guru. Mengajar juga harus mampu  mencerminkan keterpelajaran dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap siswanya.

5.      Pendekatannya dalam mengajar
Pendekatan ia dalam mengajar adalah dengan menggunakan reward, stimulus dan terkadang juga punishment. Ia memakai ketiganya sesuai dengan mood anak-anak dalam merespon materi atau tergantung tingkat kesulitan materi yang diajarkan. Contohnya, jika materi sulit tapi anak-anak tidak tertarik maka ia membuat stimulus dan dilanjutkan dengan reward atau jika anak-anak tidak serius dan tidak dapat berkonsentrasi maka ia menerapkan punishment seperti tidak menginjinkan pulang seperti teman-teman lainnya.
Ia pernah membuat suatu kompetisi antar anak dalam kelas yang apabila mendapatkan nilai tertinggi akan menerima uang Rp. 100.000,-, urutan kedua Rp. 50.000,- dan yang ketiga Rp. 25.000,- serta nilainya  dipajang cantik didepan kelas sehingga orangtua mereka pun dapat melihat hasil ujian tersebut. Ia merasa hal itu sangat efektif dalam pembelajaran berdasarkan usia mereka yang rata-rata adalah remaja. Selain mendapatkan hadial moril, anak-anak juga endapatkan hadial moral dari orangtua dan anak-anak lainnya. Serta meningkatkan motivasi baik internal amupun eksternal anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.

















BAB III
PEMBAHASAN

            Dari hasil wawancara tersebut, saya akan membahasnya dengan beberapa teori yang ada di buku paedagogi dan beberapa teori yang terkait.
1.      Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari dimana pun dan kapanpun, baik individual maupun dilembagakan. Seni belajar hanya terlihat ketika interaksi pembelajaran berlangsung. (Danim, 2013 h. 1)
Pembahasan :
Dari hasil wawancara diatas, ini sanagt sesuai dengan sosok yang saya wawancarai karena ia dalam mengajar tidak hanya ilmu yang ia berikan namun ia juga memiliki seni dalam pengajarannya serta ketika ia masih duduk di semester 2, ia sudah mampu mengajar dan menarik hati para orangtua yang menganggap ia memiliki kulaitas dan seni dalam mengajar. Seni belajar yang ia terapkan yaitu ia memberikan stimulus pembelajaran dan kemudian anak-anak didk lah yang merespon stimulus tersebut jika stimulus direspon dengan baik maka pelajaran dengan baik diserap oleh anak-anak namun apabila respon tidak sesuai dengan yang diharapkan maka ia akan membuat cara lain agar anak-anak dengan baik mengerti pelajaran.

2.      Pendekatan pembelajaran dari tokoh B.F. Skinner yang dikenal dengan Operant Conditoning.
Skinner beragumen bahwa guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentransformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik. (Danim, 2013 h. 5).
Pembahasan :
Ia yang awalanya mengajar hanya untuk mengisi waktu luang lama-kelamaan melatihnya menjadi guru yang profesional dan berkompeten. Yang kemudian ia memiliki berbagai pendekatan dalam mengajarnya yang salah satunya adalah menggunakan reward, stimulus atau bahkan punishment. Ia memakai ketiganya namun ia sesuaikan juga dnegan mood anak-anak dalam merespon materi atau tergantung tingkat kesulitan materi yang diajarkan. Contohnya, ketika materi sulit namun anak-anak tidak tertarik maka ia membuat stimulus dan dilanjutkan dengan reward. Atau jika anak-anak tidak serius dalam menerima pelajaran maka ia memberikan punishment dengan cara tidak memberi ijin pulang tepat waktu. Namun, sejauh ini sitem reward lah yang ia ra masih menduduki peringkat pertama dalam mentransformasikan ilmu.
3.       N.L Gage mengemukakan bahwa ada dasar ilmiah untuk “seni guru mengajar”. Dasar-dasar ilmiah itu terutama ditemukan dari hasil penelitian dalam lingkup ilmu-ilmu sosial, psikologi, sosiologi dan komunikasi. (Danim, 2013, h. 6)
Pembahasan :
Berdasarkan dari filosofi ia mengajar, ia mengatakan bahwa mengajar bukan hanya mentransformasikan ilmu tetapi ia juga harus mampu menyesuaikan improvisasi dan ekspresinya serta komunikasi dalam melakukan pembelajaran. Ia mempercayai adanya perbedaan antara budaya dan cara pandang dalam ornagtua memandang pendidikan.

4.      Karakteristik guru (Danim, 2013 h. P dan 9)
-          Guru profesional memegang kebiasaan berfikir, tidak bertahan pada cara-cara tradisional dan hanya memegang kaidah-kaidah berfikir vertikal, tanpa membangun alternatif. Seorang guru yang efektif menginspirasi dan memprovokasi muridnya dengan baik.
Pembahasan:
Ini sangat sesuai dengan sosok yang saya wawancarai karena ia memiliki kemampuan dalam memprovokasi dan menginspirasi muridnya dengan mengaitkan keluarga dan peran sosial didalamnya. Dan  pendekatan mengajar yang ia gunakan operant conditioning dimana ketika reward tidak dapat menubuhkan keinginan belajar maka punishment lah yang akan ia berikan. Serta ia juga biasanya menggunakan stimulus untuk mengembangkan ke pembeljaran lainnya yang terkadang tidak terkait dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.
-          Pengajar yang cerdas adalah integritas, setidaknya dalam tiga makna yang terpisah, kejujuran, rasa percaya diri dan identitas pribadi serta kemampuan berkomunikasi.
Pembahasan:
Kejujuran yang saya lihat adalah ketika saya mewawancarai sekaligus mengobservasi ia. Dimukanya tidak terlihat sama sekali sedang menutupi sesuatu, ia mencerritakan pengalamannya dengan enjoy dan menanggapi pertanyaan saya pun dengan baik dan lugas.
Sedangkan komunikasi yang ia lakukan terhadap anak-anak, seperti anak-anak belajar dengan ibu mereka sendiri sehingga nyaman dan pembelajaran pun tertansfer dengan baik.
5.      Guru tidak memiliki template khusus untuk memandu pekerjaan mereka. Sebaliknya, guru memanfaatkan pengalaman masa lalu dan cara mereka sendiri masalah. Mereka mengembangkan solusi sendiri berdasarkan pemahaman atas keadaan pribadi (Smiley dalam Danim, 2013 h. 34).
Pembahasan :
Ini sangat jelas dibuktikan oleh narasumber saya diamna ia telah memiliki pengalaman sebanyak 5 tahun sebelum ia terjun ke dunia pendidikan formal. Pengalaman tersbut ia miliki ketika ia menjadi guru les privat door to door, dan kemudian itulah yang menjadi bekal ia untuk terus menantang kemampuannya setelah lulus dari kuliah. Dari situ, ia mulai memahami karakter anak-anak dan apa yang anak-anak inginkan ketika meningkatkan motivasi belajar. Ia juga melakukanberbagai pendekatan yang berdasarkan atas mood anak-anak ketika belajar sehingga ia tidak memaksakan kehendaknya dalam melakukan pengajaran.
6.      Top 10 kualitas guru yang baik (Danim, 2013 h. 40)
a.       Confidence atau keyakinan diri sendiri.
Ia sangat yakin terhadap dirinya senidir bahwa ia mampu menempah sikap, mental dan cara pandang hidup anak kedepannya. Dan ia percaya dirinya mampu mengembangkan pendidikan sesuai zaman.
b.      Patience atau kesabaran
Berdasarkan observasi yang saya lakukan ketika ia mengajar, saya bisa melihat bahwa ia orang yang sangat sabar ketika menerangkan sesuatu kepada anak-anak. Bahkan ia juga mengaitkan dengan hal-hal pribadi yang dilakukan anak-anak. Seperti contohnya mengaitkan pantai dengan lliburan yang anak-anak lakukan dengan keluarga mereka. Kesabaran dalam mengkomunikasikan secra sederhana agar anak-anak lebih dapat paham dan mengingatnya lebih lama apabila hal tersebut ia alami sendiri.

c.       True compassion for their students atau memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya.
Saya pernah menanyakan salah satu muridnya yang bernama Bagas, yang merupakan murid teribut di kelas tersebut. Sehingga keluar dari mulut saya agar tidak mengajari anak tersebut. Kemudian ia menjawab bahwa ia kasihan padanya karena ia memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya dan juga ia seperti itu karena ia selalu dimanjakan oleh kedua orangtuanya.

d.      Understanding atau pemahaman
Pemahaman yang saya lihat dari guru ini adalah, guru ini mengerti mood-mood para muridnya. Sehingga ia akan menerapkan pendekatan pembelajaran yang berbeda apabila anak didik nya sedang unmood. Dan juga apabila muridnya tidak paham mengenai sesuatu maka ia akan mencoba berbagai cara untuk membuat anak didiknya paham akan pelajaran tersebut.
e.       The ability to look at life in a different way and to explain a topic in different way atau kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan menjelaskan topik dengan cara yang berbeda.
Seperti yang saya katakan tadi, ia sangat menghargai adanya perrbedaan dan itu berpengaruh dalam cara anak menerima pelajaran sehingga ia harus melakukan pendekatan yang berbeda dalam mengajar. Seperti contohnya ada anak yang meninginkan reward namun ada juga anak yang harus diberri punishment baru mau belajar.

f.       Dedication to excellent atau dedikasi untuk keunggulan
Ia menganggap bahwa mengajar adalah kegiatan yang seru, penuh tantangan apalagi terhadap hal yang baru dan ia sangat senang bila melihat anak didik mendapatkan ilmu yang tadinya mereka tidak paham menjadi paham dan mereka tertarik untuk belajar. Ia juga lebih tertantang bagaimana membuat mereka jadi lebih bijak dalam belajar bukan pintar dalam belajar.

g.      Unwavering support atau teguh untuk memberikan dukungan
Ia mendukung muridnya untuk mau belajar dengan cara mengaitkan keluarga dan sosialnya. Ketika ia dekat dengan keluarga maka ia aakn semangat apabila keluarganya mendukung kegiatan pembelajaran dan apabila ia belajar karena dukungan sosial maka identitas sosial lah yang harus menjadi kebutuhan dia dengan cara belajar lebih baik lagi.

h.      Willingness to help student achive atau kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi.
Ini dilakukannya dikarenakan apabila prestasi anaknya turun di sekolah maka ia lah yang akan ditegur dan dikejar-kejar agar anaknya dapat bangkit lagi.
Maka inilah yang menjadi dasar ia berusaha keras, memaksa dan mengharuskan muridnya untuk mengikuti peraturan dia.

i.        Pride in student’s acomplishment atau bangga atas prestasi siswa
Dari observasi saya beberapa bulan, ia tidak terlalu menunjukkan rasa bangga terhadap muridnya yang berprestasi karena ia menganggap mengajar adalah kewajibannya sebagi guru dan apabila muridnya mencapai prestasi sesungguhnya ia lah yang berhasil dalam menyampaikan ilmu yang diperlukan anak didik nya.

j.        Passion for life atau bergairah untuk hidup
Ia sangat menikmati perannya menjadi seorang guru, mengajar adalah hal yang seru baginya dan ia dapat menikmati hidup ketika ia mengajar. Dan ia merasa ada yang kurang ketika satu hari saja ia tidak melakukan aktivitas mengajar.

7.      Paedagogi Tradisional
Secara tradisional paedagogi adalah seni mengajar. Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternatif strategi pembelajaran karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan situasi. Namun, secar historis, kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami paedagogi telah muncul sejak awal karena posisinya sebgai ilmu atau teori pada satu sisi dan seni atau praktik mengajar dan belajar pada sisi lain.
Pembahasan :
Menurut saya, ia masih menggunakan paedagogi tradisional karena ia berpendapat sendiri, baginya susah untuk menerapkan paedagogi Modern dilatarbelakangi oleh usia anak-anak yang masih belum bisa menguraikan sendiri suatu masalah. Namun, ia melatih anak-anak dengan memberikan stimulus kemudian anak-anak lah yang merespon. Ia juga masih menekankan agar anak-anak memperhatikan dan memahami apa yang ia jelaskan. Tentu saja ini sangat berkebalikan dengan paedagogi moderrn dimana paedagogi meodern mengacu pada pengajaran dan pembelajaran yang berfokus pada mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh meningkatkan pengetahuan serta keteramplan.




























BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang telah saya dapatkan dari hasil wawancara dan pembahasan berdasarkan teori adalah :
1.      Bahwa ilmu mengajar dapat dipelajari oleh semua orang dimanapun dan kapanpun baik individual dan lembaga.
2.      Proses pembelajaran dari Operant Conditioning (B.F. Skinner ) yang enghadirkan reward dan punishment memiliki dampak positif dan negatif sesuai dengan budaya dan sosial yang dianut oleh masing-masing anak-anak.
3.      Seorang guru tidak hanya memiliki ilmu dan seni dalam mengajar namun harus memahami juga dasar-dasar ilmiah yaitu sosiologis, psikologis dan komunikasi yang baik.
4.      Guru profesional tidak bertahan pada pemikiran vertikal tetapi ia mampu membangun akternatif-alternatif lainnya yang akan lebih menginspirasi dan memprovokasi muridnya.
5.      Pengajar yang cerdas adalah integritas yang terdiri dari 3 makna kejujuran, percaya diri dan komunikasi yang baik degan muridnya serta mampu menyederhanakan kalimat tau kata yang susah di mengerti anak.
6.      Guru yang sebenarnya adalah tidak memiliki guidelines  sendiri dalam mengajar, hanya saja ia menggunakan pengalaman pribadi nya dalam mengerti muridnya dan memahami keadaan psikologis muridnya.
7.      Narasumber yang saya wawancarai memiliki 8 dari 10 top 10 kualitas guru yang baik, yang artinya dia hampir mendekati angka sempurna. Yang motivasi awalnya mengajar adalah eksternal kemudian berangsur menjadi motivasi internal.
8.      Paedagogi Tradisional masih digunakan oleh guru karna dianggap memiliki nilai lebih daripada paedagogi modern. Namun, itu semua harus disesuaikan dalam pemakaina agar anak-anak tidak salah dal mempersepsikan sesuatu.
9.      Paedagogi modern dapat diterapkan ketika anak-anak mampu menganalisis sesuatu dengan baik dan mengenali materi yang juga seperti pendekatan Andragogi.
10.  Eksistensi guru dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan internal. Baik dari orangtua murid yang selalu mengejar-ngejar untuk menerpakan pendidikan yang terbaik kepada anak atau sosial anak itu sendiri yang menghalanginya untuk belajar.

BAB V
SARAN
            Saran saya adalah agar pendidikan untuk calon guru memiliki kurikulum yang lebih terstandarisasi karena `guru lah yang akan membukaan pintu kesuksesan bagi muridnya. Dan juga guru hendaknya belajar dan belajar lagi serta terus mengasah kemampuan untuk mendapatkan Top 10 kualitas guru yang baik. Guru Indonesia lebih meningkatkan motivasi internal daripada eksternal dan guru Indonesia lebih baik lagi di mata Internasional karena masihbanyak anak-anak di penghujung Indonesia yang masih buta akan abjad dan angka.
            Semoga makalah saya ini dapat membantu para guru yang salah dalam membentuk feel  pada anak-anak didiknya. Karena hasil wawancara saya ini sangat bermanfaat terutama untuk diri saya pribadi.







  
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Prof. Dr. Sudarwan. 2013. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta