Blogger Widgets
Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Minggu, 13 April 2014

[PAEDAGOGI] TUGAS INDIVIDU



TUGAS INDIVIDU PAEDAGOGI
HASIL WAWANCARA

DISUSUN OLEH :
BYUTI RIDHA ANDINI
121301001


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN
            Wanita muda yang mengawali karirnya di tahun 2002 ini merupakan anak ke 3 dari 4 saudara dan telah menyelesaikan pendidikan nya di tahun 2005 ini merupakan sosok yang cerdas dan sangat edukatif. Ia merupakan alumni dari Teknik Elektro  Universitas Negri Medan. Dan ia telah mengajar selama 12 tahun dengan berbagai ilmu yang ia ajarkan dan sekolah yang berbeda . Pemilik tempat les El-Natio ini  dilahirkan di Medan tepatnya tanggal 10 Agustus 1981. Ia mengajar sejak ia duduk di Semester 2 yang mulanya dengan mengajar les privat dan akhirnya ia membuka sebuah tempat les privat yang ia kelola sendiri untuk TK- SMP yang memperkerjakan 3 mahasiswa dan 1 guru SLB. Saya sangat excited ketika melihat ia mengajar pada saat dikelas maupun di luar kelas. Gaya bicara nya yang ‘cerewet’ dan sangat sederhana membuat anak-anak dengan mudah memahami maksud dari pembelajaran tersebut. Namun, ia juga tidak segan untuk menghukum muridnya yang tidak ingin belajar dengan cara menahannya pulang dan ia beranggapan walaupun itu tempat les namun merekasemua telah membayar dan orangtua mereka mempercayakan mereka pada tempat les tersebut yang artinya itulah tanggung jawabnya untuk menuntun ana-anak yang telah ditipkan itu untuk belajar. Tidak jarang anak-anak yang datang tersebut ke tempat les hanya untuk bermain. Ia juga tidak jarang mengajarkan para mahasiswa dalam cara mengajarkan yang baik serta pembuatan soal yang semenarik mungkin. Bahkan ada juga orangtua murid yang meminta langsung kepadanya untuk mengajari anaknya dan berani untuk membayar uang les tersebut2 kali lipat. Karna apabila telah mengenalnya maka akan tahu kualitas ia mengajar walaupun menurut saya ia masih menganut paedagogi tradisional karna dari observasi yang saya lihat. Ia masih mengharuskan murid nya untuk memperhatikan ketika ia mengajar dan anak-anak harus menuruti apa yang ia mau tanpa mencoba untuk mengembangkan kemandirian inisiatif muridnya.
Yang  saya kagumi dari nya ialah ketika ia mentransformasikan ilmunya kepada siswa-siswanya. Ia dapat membuat siswa nya mengerti secara ‘tematik’ yang artinya yang ia ajarkan bertema, tidak hanya satu pengetahuan yang dapatia berikan dalam satu kalimat namun banyak pengetahuan yang berbeda dengan ilmu yang sedang ia ajarkan. Ia memakai komunikasi 2 arah dimana ketika ia memberikan maka murid nya menerima ilmu tersebut. Ia juga mampu berbicara secara sederhana, berpengetahuan luas, menginspirasi agar siswa dapat memahami , mengevaluasi, dan menimbang serta mengenali kebenaran. Ia juga menganut pendekatan B.F Skinner dimana ia memberikan suatu stimulus kemudian ia melihat respon dari anak-anak tersebut. Apabila stimulus tersebut dianggap memberikan respon yang baik maka ia akan meneruskan stimulus jika tidak maka sebaliknya.




















BAB II
HASIL WAWANCARA
Inisial Guru : JTS
1.      Pandangan guru tentang pendidikan
Dari wawancara yang saya lakukan, pandangan kak juli terhadap pendidikan yaitu baginya pendidikan adalah sesuatu yang membangkitkan kehidupan menjadi lebih baik, mendidik dan mengarahkan anak-anak kejalan yang benar dan pendidikan adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Pendidikan juga yang akan membuat anak-anak dapat menentukan jalannya dan membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Namun pendidikan juga akan merusak anak bangsa apabila tidak dibekali dengan keimanan. Contohnya, para koruptor yang karena kepintarannya, ia dapat memanipulasi persepsi rakyatnya yang tidak sesuai dengan keadaan nyatanya. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mampu menempah anak bangsa tetapi pendidikan yang juga dapat menjadi suri tauladan bagi muridnya. Ia juga menyayangkan banyaknya biaya yang akan dikeluarkan orangtua demi pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Banyak sekolah yang memungut biaya berlebihan dalam pendidikan serta ada juga yang seolah-olah memilih muridnya “yang kaya yang masuk” yang artinya hanya orangtuayang mampu membayar uang pembangunan yang telah ditentukan yang minimal itu sama seperti uang sekolah anaknya. Sepertinya sekolah-sekolah telah melupakan bahwa pendidikan adalah hak semua orang. Tetapi ada juga tempat pendidikan yang mengharuskan muridnya memiliki nilai diatas 8 dan apabila tidakmemenuhi target maka, anak tersebut akan tinggal kelas. Menurut dia, ini baik hanya saja akan ada kecurangan-kecurangan atau bahkan para orangtua memberikan les yang berlebihan kepada sang anak tanpa memperdulikan tugas perkembangan dari anak. Tidak jarang anak-anak tersebut mengaku kelelahan dan sampai tidak ada niat lagi untuk belajar. Baginya pendidikan merupakan jembatan kesuksesan untuk meraih masa depan yang lebih baik lagi. Dah diharapkan pendidik dapat memahami artipendidikan seutuhnya dan mendidik selayaknya orang yang ‘berpendidikan’. Dan yang palingg ia tekankan adalah semua orang harus berpikiran positif terhadap pendidikan karena pendidikan adalah dasar untuk menempah sikap, mental dan cara pandang hidup kita kedepannya jadi pendidikan harus tetapp dikembangkan sesuai kebutuhan zaman.

2.      Motivasi yang mendasarinya
Sebenarnya tidak ada motivasi yang mendasar ketika ia memutuskan untuk menjadi guru. Pada awalnya ia menganggap menjadi guru adalah sesuatu yang mudah dilakukan dengan bermodalkan ilmu pengetahuan yang telah dilalui serta dapat mengisi kekosongan waktu ketika jam mata kuliah telah habis serta dapat menambah biaya kuliah juga. Seiring berjalannya waktu ia merasakan ada feel  yang berbeda ketika ia mengajar dan seringnya ia bertemu dengan anak-anak serta mulai enjoy dan ia mengatakan bahwa mengajar itu seru penuh tantangan apalagi terhadap hal yang baru dan ia sangat senang bila melihat anak didiknya mendapat ilmu yang tadinya mereka tidak tahu menjadi paham dan membuat mereka tertarik belajar. . Namun, lama-kelamaan ia malah mengutamakan pekerjaannya sebagai guru daripada kuliahnya sampai-sampai ia tamat setelah 6 tahun dikarenakan jadwal mengajar yang dari jam 3 sore sampai jam 9 malam. Sehingga pengalamannya lah yang membuat ia menjadi guru, dipercaya oleh para orangtua yang mengutusnya untuk memberi pendidikan tambahan diluar jam sekolah. Hingga setelah ia lulus kuliah, ia menjajaki dunia pendidikan formal untuk menantang kemampuannya dalam mendidik. Dan kemudian ia sadar bahwa motivasi yang awalnya eksternal itu menjadi motivasi internal untuk tetap terus menjadi seorang tenaga pendidik. Sehingga sampai sekarang ia mampu menyentuh hati anak untuk meningkatkan motivasi belajar. Dan merasa ‘aneh’ jika tidak mengajar dalam satu hari seperti mengajar merupakan bagian dari hidupnya. Serta ia lebih tertantang bagaimana membuat mereka jadi lebih bijak dalam belajar bukan pintar dalam belajar dan itulah sebabnya ia membuka lembaga pendidikan.

3.      Bagaimana sudut pandangnya sebagai guru dalam melihat peserta didik
Peserta didik adalah anak-anak yang harus ia didik, ia menganggap peserta didik adalah sebuah bank yang memiliki kemampuan yang harus ia kembangkan dan ia didik moral serta mentalnya. Peserta didik memiliki nilai yang amat besar, merupakan calon-calon yang akan membawa bangsa ke taraf internasional. Sehingga ia menganggap, ia wajib memberikan pendidikan yang terbaik bagi peserta didiknya. Ia melihat peserta didik dari sudut pandang yang menurut saya berbeda dari guru yang lain karena ketika ia ingin mengajak anak untuk belajar maka ia harus kenal dulu terhadap keluarganya dan selalu membawa-bawa keluarga anak didik dalam mendidik anak tersebut. Ketika anak didik mulai malas dan tidak bersemangat maka ia akan bercerita tentang bagaimana susahnya orangtuanya mencari uang untuk ia sekolah. Sebagian besar anak mulai sadar dan mulai untuk bersemangat lagi dalam belajarnya. Tetapi, ada anak yang harus ia lihat dari sudut pandang usianya, apa yang anak tersebut inginkan dan bagaimana psikologis anak tersebut di usia nya. Semua itu ia pertimbangkan dengan baik agar anak dapat belajar lebih baik lagi. Sehingga pembelajaran pun menarik bagi anak-anak. Ia juga melihat peserta didik dari sudut pandang sosial anak didik. Dimana anak didik tersebut akan terpengaruh dan mempengaruhi teman-teman lainnya. Sehingga ia harus memisahkan anak-anak yang sulit diatur dengan anak yang ingin belajar. Ia dengan sengaja memisahkan ruangan-ruangan belajar.

4.      Apa filosofi dalam mengajar
Baginya mengajar adalah hal yang sangat mulia, mampu memberikan pencerahan dan pengetahuan terhadap anak-anak. Ia merasa bahwa mengajar adalah sebagian dari jiwanya yang apabila tidak ia lakukan maka ia seperti merasakan adayang hilang dari hidupnya. Mengajar bukan hanya mentransformasikan ilmu tetapi ia juga harus menyesuaikan ekspresi dan improvisasinya ketika mengajar. Dan ia harus mampu menempatkan ekspresi nya baik ketika marah maupun ketika bangga akan anak-anaknya. Serta ia juga harus mampu mengkomunikasikan sesederhana mungkin agar anak-anak dapat mengerti dengan baik apa yang ia ajarkan. Jadi, mengajar baginya bukan hanya ilmu dan seni semata, melainkan aktivitas profesional guru. Mengajar juga harus mampu  mencerminkan keterpelajaran dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap siswanya.

5.      Pendekatannya dalam mengajar
Pendekatan ia dalam mengajar adalah dengan menggunakan reward, stimulus dan terkadang juga punishment. Ia memakai ketiganya sesuai dengan mood anak-anak dalam merespon materi atau tergantung tingkat kesulitan materi yang diajarkan. Contohnya, jika materi sulit tapi anak-anak tidak tertarik maka ia membuat stimulus dan dilanjutkan dengan reward atau jika anak-anak tidak serius dan tidak dapat berkonsentrasi maka ia menerapkan punishment seperti tidak menginjinkan pulang seperti teman-teman lainnya.
Ia pernah membuat suatu kompetisi antar anak dalam kelas yang apabila mendapatkan nilai tertinggi akan menerima uang Rp. 100.000,-, urutan kedua Rp. 50.000,- dan yang ketiga Rp. 25.000,- serta nilainya  dipajang cantik didepan kelas sehingga orangtua mereka pun dapat melihat hasil ujian tersebut. Ia merasa hal itu sangat efektif dalam pembelajaran berdasarkan usia mereka yang rata-rata adalah remaja. Selain mendapatkan hadial moril, anak-anak juga endapatkan hadial moral dari orangtua dan anak-anak lainnya. Serta meningkatkan motivasi baik internal amupun eksternal anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.

















BAB III
PEMBAHASAN

            Dari hasil wawancara tersebut, saya akan membahasnya dengan beberapa teori yang ada di buku paedagogi dan beberapa teori yang terkait.
1.      Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari dimana pun dan kapanpun, baik individual maupun dilembagakan. Seni belajar hanya terlihat ketika interaksi pembelajaran berlangsung. (Danim, 2013 h. 1)
Pembahasan :
Dari hasil wawancara diatas, ini sanagt sesuai dengan sosok yang saya wawancarai karena ia dalam mengajar tidak hanya ilmu yang ia berikan namun ia juga memiliki seni dalam pengajarannya serta ketika ia masih duduk di semester 2, ia sudah mampu mengajar dan menarik hati para orangtua yang menganggap ia memiliki kulaitas dan seni dalam mengajar. Seni belajar yang ia terapkan yaitu ia memberikan stimulus pembelajaran dan kemudian anak-anak didk lah yang merespon stimulus tersebut jika stimulus direspon dengan baik maka pelajaran dengan baik diserap oleh anak-anak namun apabila respon tidak sesuai dengan yang diharapkan maka ia akan membuat cara lain agar anak-anak dengan baik mengerti pelajaran.

2.      Pendekatan pembelajaran dari tokoh B.F. Skinner yang dikenal dengan Operant Conditoning.
Skinner beragumen bahwa guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentransformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik. (Danim, 2013 h. 5).
Pembahasan :
Ia yang awalanya mengajar hanya untuk mengisi waktu luang lama-kelamaan melatihnya menjadi guru yang profesional dan berkompeten. Yang kemudian ia memiliki berbagai pendekatan dalam mengajarnya yang salah satunya adalah menggunakan reward, stimulus atau bahkan punishment. Ia memakai ketiganya namun ia sesuaikan juga dnegan mood anak-anak dalam merespon materi atau tergantung tingkat kesulitan materi yang diajarkan. Contohnya, ketika materi sulit namun anak-anak tidak tertarik maka ia membuat stimulus dan dilanjutkan dengan reward. Atau jika anak-anak tidak serius dalam menerima pelajaran maka ia memberikan punishment dengan cara tidak memberi ijin pulang tepat waktu. Namun, sejauh ini sitem reward lah yang ia ra masih menduduki peringkat pertama dalam mentransformasikan ilmu.
3.       N.L Gage mengemukakan bahwa ada dasar ilmiah untuk “seni guru mengajar”. Dasar-dasar ilmiah itu terutama ditemukan dari hasil penelitian dalam lingkup ilmu-ilmu sosial, psikologi, sosiologi dan komunikasi. (Danim, 2013, h. 6)
Pembahasan :
Berdasarkan dari filosofi ia mengajar, ia mengatakan bahwa mengajar bukan hanya mentransformasikan ilmu tetapi ia juga harus mampu menyesuaikan improvisasi dan ekspresinya serta komunikasi dalam melakukan pembelajaran. Ia mempercayai adanya perbedaan antara budaya dan cara pandang dalam ornagtua memandang pendidikan.

4.      Karakteristik guru (Danim, 2013 h. P dan 9)
-          Guru profesional memegang kebiasaan berfikir, tidak bertahan pada cara-cara tradisional dan hanya memegang kaidah-kaidah berfikir vertikal, tanpa membangun alternatif. Seorang guru yang efektif menginspirasi dan memprovokasi muridnya dengan baik.
Pembahasan:
Ini sangat sesuai dengan sosok yang saya wawancarai karena ia memiliki kemampuan dalam memprovokasi dan menginspirasi muridnya dengan mengaitkan keluarga dan peran sosial didalamnya. Dan  pendekatan mengajar yang ia gunakan operant conditioning dimana ketika reward tidak dapat menubuhkan keinginan belajar maka punishment lah yang akan ia berikan. Serta ia juga biasanya menggunakan stimulus untuk mengembangkan ke pembeljaran lainnya yang terkadang tidak terkait dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.
-          Pengajar yang cerdas adalah integritas, setidaknya dalam tiga makna yang terpisah, kejujuran, rasa percaya diri dan identitas pribadi serta kemampuan berkomunikasi.
Pembahasan:
Kejujuran yang saya lihat adalah ketika saya mewawancarai sekaligus mengobservasi ia. Dimukanya tidak terlihat sama sekali sedang menutupi sesuatu, ia mencerritakan pengalamannya dengan enjoy dan menanggapi pertanyaan saya pun dengan baik dan lugas.
Sedangkan komunikasi yang ia lakukan terhadap anak-anak, seperti anak-anak belajar dengan ibu mereka sendiri sehingga nyaman dan pembelajaran pun tertansfer dengan baik.
5.      Guru tidak memiliki template khusus untuk memandu pekerjaan mereka. Sebaliknya, guru memanfaatkan pengalaman masa lalu dan cara mereka sendiri masalah. Mereka mengembangkan solusi sendiri berdasarkan pemahaman atas keadaan pribadi (Smiley dalam Danim, 2013 h. 34).
Pembahasan :
Ini sangat jelas dibuktikan oleh narasumber saya diamna ia telah memiliki pengalaman sebanyak 5 tahun sebelum ia terjun ke dunia pendidikan formal. Pengalaman tersbut ia miliki ketika ia menjadi guru les privat door to door, dan kemudian itulah yang menjadi bekal ia untuk terus menantang kemampuannya setelah lulus dari kuliah. Dari situ, ia mulai memahami karakter anak-anak dan apa yang anak-anak inginkan ketika meningkatkan motivasi belajar. Ia juga melakukanberbagai pendekatan yang berdasarkan atas mood anak-anak ketika belajar sehingga ia tidak memaksakan kehendaknya dalam melakukan pengajaran.
6.      Top 10 kualitas guru yang baik (Danim, 2013 h. 40)
a.       Confidence atau keyakinan diri sendiri.
Ia sangat yakin terhadap dirinya senidir bahwa ia mampu menempah sikap, mental dan cara pandang hidup anak kedepannya. Dan ia percaya dirinya mampu mengembangkan pendidikan sesuai zaman.
b.      Patience atau kesabaran
Berdasarkan observasi yang saya lakukan ketika ia mengajar, saya bisa melihat bahwa ia orang yang sangat sabar ketika menerangkan sesuatu kepada anak-anak. Bahkan ia juga mengaitkan dengan hal-hal pribadi yang dilakukan anak-anak. Seperti contohnya mengaitkan pantai dengan lliburan yang anak-anak lakukan dengan keluarga mereka. Kesabaran dalam mengkomunikasikan secra sederhana agar anak-anak lebih dapat paham dan mengingatnya lebih lama apabila hal tersebut ia alami sendiri.

c.       True compassion for their students atau memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya.
Saya pernah menanyakan salah satu muridnya yang bernama Bagas, yang merupakan murid teribut di kelas tersebut. Sehingga keluar dari mulut saya agar tidak mengajari anak tersebut. Kemudian ia menjawab bahwa ia kasihan padanya karena ia memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya dan juga ia seperti itu karena ia selalu dimanjakan oleh kedua orangtuanya.

d.      Understanding atau pemahaman
Pemahaman yang saya lihat dari guru ini adalah, guru ini mengerti mood-mood para muridnya. Sehingga ia akan menerapkan pendekatan pembelajaran yang berbeda apabila anak didik nya sedang unmood. Dan juga apabila muridnya tidak paham mengenai sesuatu maka ia akan mencoba berbagai cara untuk membuat anak didiknya paham akan pelajaran tersebut.
e.       The ability to look at life in a different way and to explain a topic in different way atau kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan menjelaskan topik dengan cara yang berbeda.
Seperti yang saya katakan tadi, ia sangat menghargai adanya perrbedaan dan itu berpengaruh dalam cara anak menerima pelajaran sehingga ia harus melakukan pendekatan yang berbeda dalam mengajar. Seperti contohnya ada anak yang meninginkan reward namun ada juga anak yang harus diberri punishment baru mau belajar.

f.       Dedication to excellent atau dedikasi untuk keunggulan
Ia menganggap bahwa mengajar adalah kegiatan yang seru, penuh tantangan apalagi terhadap hal yang baru dan ia sangat senang bila melihat anak didik mendapatkan ilmu yang tadinya mereka tidak paham menjadi paham dan mereka tertarik untuk belajar. Ia juga lebih tertantang bagaimana membuat mereka jadi lebih bijak dalam belajar bukan pintar dalam belajar.

g.      Unwavering support atau teguh untuk memberikan dukungan
Ia mendukung muridnya untuk mau belajar dengan cara mengaitkan keluarga dan sosialnya. Ketika ia dekat dengan keluarga maka ia aakn semangat apabila keluarganya mendukung kegiatan pembelajaran dan apabila ia belajar karena dukungan sosial maka identitas sosial lah yang harus menjadi kebutuhan dia dengan cara belajar lebih baik lagi.

h.      Willingness to help student achive atau kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi.
Ini dilakukannya dikarenakan apabila prestasi anaknya turun di sekolah maka ia lah yang akan ditegur dan dikejar-kejar agar anaknya dapat bangkit lagi.
Maka inilah yang menjadi dasar ia berusaha keras, memaksa dan mengharuskan muridnya untuk mengikuti peraturan dia.

i.        Pride in student’s acomplishment atau bangga atas prestasi siswa
Dari observasi saya beberapa bulan, ia tidak terlalu menunjukkan rasa bangga terhadap muridnya yang berprestasi karena ia menganggap mengajar adalah kewajibannya sebagi guru dan apabila muridnya mencapai prestasi sesungguhnya ia lah yang berhasil dalam menyampaikan ilmu yang diperlukan anak didik nya.

j.        Passion for life atau bergairah untuk hidup
Ia sangat menikmati perannya menjadi seorang guru, mengajar adalah hal yang seru baginya dan ia dapat menikmati hidup ketika ia mengajar. Dan ia merasa ada yang kurang ketika satu hari saja ia tidak melakukan aktivitas mengajar.

7.      Paedagogi Tradisional
Secara tradisional paedagogi adalah seni mengajar. Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternatif strategi pembelajaran karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan situasi. Namun, secar historis, kesulitan dalam mendefinisikan dan memahami paedagogi telah muncul sejak awal karena posisinya sebgai ilmu atau teori pada satu sisi dan seni atau praktik mengajar dan belajar pada sisi lain.
Pembahasan :
Menurut saya, ia masih menggunakan paedagogi tradisional karena ia berpendapat sendiri, baginya susah untuk menerapkan paedagogi Modern dilatarbelakangi oleh usia anak-anak yang masih belum bisa menguraikan sendiri suatu masalah. Namun, ia melatih anak-anak dengan memberikan stimulus kemudian anak-anak lah yang merespon. Ia juga masih menekankan agar anak-anak memperhatikan dan memahami apa yang ia jelaskan. Tentu saja ini sangat berkebalikan dengan paedagogi moderrn dimana paedagogi meodern mengacu pada pengajaran dan pembelajaran yang berfokus pada mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam memperoleh meningkatkan pengetahuan serta keteramplan.




























BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang telah saya dapatkan dari hasil wawancara dan pembahasan berdasarkan teori adalah :
1.      Bahwa ilmu mengajar dapat dipelajari oleh semua orang dimanapun dan kapanpun baik individual dan lembaga.
2.      Proses pembelajaran dari Operant Conditioning (B.F. Skinner ) yang enghadirkan reward dan punishment memiliki dampak positif dan negatif sesuai dengan budaya dan sosial yang dianut oleh masing-masing anak-anak.
3.      Seorang guru tidak hanya memiliki ilmu dan seni dalam mengajar namun harus memahami juga dasar-dasar ilmiah yaitu sosiologis, psikologis dan komunikasi yang baik.
4.      Guru profesional tidak bertahan pada pemikiran vertikal tetapi ia mampu membangun akternatif-alternatif lainnya yang akan lebih menginspirasi dan memprovokasi muridnya.
5.      Pengajar yang cerdas adalah integritas yang terdiri dari 3 makna kejujuran, percaya diri dan komunikasi yang baik degan muridnya serta mampu menyederhanakan kalimat tau kata yang susah di mengerti anak.
6.      Guru yang sebenarnya adalah tidak memiliki guidelines  sendiri dalam mengajar, hanya saja ia menggunakan pengalaman pribadi nya dalam mengerti muridnya dan memahami keadaan psikologis muridnya.
7.      Narasumber yang saya wawancarai memiliki 8 dari 10 top 10 kualitas guru yang baik, yang artinya dia hampir mendekati angka sempurna. Yang motivasi awalnya mengajar adalah eksternal kemudian berangsur menjadi motivasi internal.
8.      Paedagogi Tradisional masih digunakan oleh guru karna dianggap memiliki nilai lebih daripada paedagogi modern. Namun, itu semua harus disesuaikan dalam pemakaina agar anak-anak tidak salah dal mempersepsikan sesuatu.
9.      Paedagogi modern dapat diterapkan ketika anak-anak mampu menganalisis sesuatu dengan baik dan mengenali materi yang juga seperti pendekatan Andragogi.
10.  Eksistensi guru dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan internal. Baik dari orangtua murid yang selalu mengejar-ngejar untuk menerpakan pendidikan yang terbaik kepada anak atau sosial anak itu sendiri yang menghalanginya untuk belajar.

BAB V
SARAN
            Saran saya adalah agar pendidikan untuk calon guru memiliki kurikulum yang lebih terstandarisasi karena `guru lah yang akan membukaan pintu kesuksesan bagi muridnya. Dan juga guru hendaknya belajar dan belajar lagi serta terus mengasah kemampuan untuk mendapatkan Top 10 kualitas guru yang baik. Guru Indonesia lebih meningkatkan motivasi internal daripada eksternal dan guru Indonesia lebih baik lagi di mata Internasional karena masihbanyak anak-anak di penghujung Indonesia yang masih buta akan abjad dan angka.
            Semoga makalah saya ini dapat membantu para guru yang salah dalam membentuk feel  pada anak-anak didiknya. Karena hasil wawancara saya ini sangat bermanfaat terutama untuk diri saya pribadi.







  
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Prof. Dr. Sudarwan. 2013. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta

0 komentar:

Posting Komentar