KELOMPOK 2 :
RANCANGAN PEMBELAJARAN
1
LATAR BELAKANG
a
Komunitas
- Jumlah
anak : 15-20 orang
- Latar belakang
pendidikan : TK-B NAMIRA
b
Kebutuhan Anak :
Menurut Sujiono,
anak-anak usia 4-6 tahun mengalami banyak perubahan yang sangat berarti,
sehingga banyak hal yang layak untuk diberikan pada usia tersebut.
1. Kemampuan Motorik :
- Mampu berlari, meloncat,
memanjat, dan keseimbangan untuk menguatkan kemampuan motorik kasar yang telah
berkembang dengan baik.
- Peningkatan kemampuan
kontrol atau jari tangan seperti mengambil benda-benda kecil,
memotong
garis dengan gunting, memegang pensil dengan bantuan orang dewasa,
merangkai manik-manik kecil.
2. Kemampuan perseptual kognitif :
- Menunjukkan
minat dalam rasa dan perbedaan aktivitas sensori motor (warna, ukuran atau
bentuk, suara, rasa bau, berat)
- Menunjukkan
peningkatan minat dalam angka-angka sedrhana dan kegiatan kebahasaan
(menyebutkan nama huruf / suara, menjiplak huruf , melakukan
kegiatan-kegiatan dengan buku).
- Melakukan kegiatan yang
lebih bertujuan dan mampu merencanakan suatu kegiatan secara aktif.
- Turut serta dalam
pertunjukan seni yang membutuhkan aksi panggung.
- Menunjukkan minat
terhadap alam, pengetahuan, binatang, waktu, dan bagaimana benda bekerja
3. Kemampuan bahasa dan sosial
- Menunjukkan peningkatan minat dan permainan
berpura-pura didalam kelompok.
- Menunjukkan minat menulis
dan membaca kata-kata atau kalimat
- Menunjukkan minat yang
tinggi dalam bermain peran (menciptakan kembali pekerjaan orang dewasa,
menggunakan kostum dan alat-alat pentas)
- Mulai berbagi dan bergiliran-konsep
belajar bermain secara adil dan sportif
c.
Waktu
- Jumlah Pertemuan
: 2 kali dalam seminggu yaitu hari kamis dan
sabtu
- Waktu setiap
pertemuan : 1 jam
d.
Setting Tempat
- Lokasi : In
door
- Fasilitas yang
digunakan :
ü Ruangan kelas
ü Laptop
ü Meja dan kursi
ü Alat perekam
- Lay out ruang
: Yang sudah disediakan seperti ruang kelas TK Namira
2 KONSEP RANCANGAN
PEMBELAJARAN
a Pertemuan I
1. Tema
: Hewan
2. Tujuan Pembelajaran
TIU : Mengenal
hewan-hewan dengan metode yang menyenangkan
TIK : Dapat menggunting kertas sesuai
bentuk yang ada dalam gambar, mengetahui nama hewan dan mampu menirukan suara beserta gerakannya dan
menyanyikan sebuah lagu sambil menirukan bunyi hewan
3. Pembagian Sekuen Pembelajaran :
a) Perkenalan (10 menit) Kegiatan diawali dengan salam
pembuka dan doa sebelum belajar dilanjutkan dengan perkenalan dari kelompok dan
pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang anak
b) Inti (45 menit)
Alokasi
waktu
|
Tujuan
|
Metode
Pembelajaran
|
Langkah
Kegiatan Pembelajaran
|
Alat/
Sumber
Belajar
|
Penilaian
Perkembangan Anak
|
Selama
15 menit
|
Menggunting
gambar dan menulis
|
Pemberian
tugas
|
Pertama-tama
instruktur membagi kertas yang berisi gambar salah satu hewan. Lalu anak
diarahkan untuk mengunting gambar mengikuti garis putus yang ada pada gambar
hingga membentuk satu gambar hewan. Kemudian anak diarahkan untuk menulis
mengikuti titik-titik yang telah dibuat di tengah-tengah gambar hingga membentuk
nama hewan tersebut.
|
Kertas
bergambar hewan, gunting dan pensil
|
Penugasan
dan
observasi
|
Selama
15 menit
|
Mengenal
hewan
|
Menebak
gambar hewan dan menirukan gerakannya sambil menirukan suaranya
|
Gambar
yang sudah digunting oleh murid akan dikumpulkan. Lalu instruktur menunjukkan
satu persatu gambar tersebut sambil bertanya nama hewan tersebut dan mengajak
anak menirukan gerakan hewan tersebut sambil menirukan bunyi hewan tersebut
|
Gambar
kertas yang sudah dipotong siswa
|
Observasi,
Penugasan
|
Selama
15 menit
|
Bernyanyi
“Kandang Pak Tani”
|
Bernyanyi
sesuai arahan instruktur disertai dengan gerakan-gerakannya
|
Pertama-tama,
anak diarahkan untuk berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. lalu
nyanyian dan gerakan-gerakan pun mulai dilakukan
|
Siswa
-siswa
|
Observasi,
Penugasan
|
c) Penutup (5 menit)
Kegiatan akan ditutup dengan ucapan
terima kasih untuk semangatnya hari ini dan memberikan pertanyaan singkat
mengenai perasaan nya selama pembelajaran bersama kelompok. Lalu kelompok
membagikan snack kepada semua anak dan mengucapkan salam
penutup.
b Pertemuan II
- Tema
: Aku senang bekerja sama
- Tujuan Pembelajaran
TIU : Mampu bekerja sama dalam kelompok
TIK : Dapat bekerja sama menyusun puzzle, dan
mampu menyelesaikan tugas secara berkelompok dengan
baik
- Pembagian Sekuen Pembelajaran :
a) Perkenalan (5 menit)
Kegiatan diawali dengan salam pembuka
dan doa sebelum belajar dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana
tentang kabar anak hari ini. Misalnya : “siapa yang semangat hari ini”, “siapa
yang sarapan sebelum berangkat ke sekolah?” atau “Tadi ke sekolah di antar siapa?
“. Dilanjutkan dengan nyanyian”Injak bumi, angkat kaki” bersama-sama.
b) Inti (45 menit)
Alokasi waktu
|
Tujuan
|
Metode
Pembelajaran
|
Langkah Kegiatan Pembelajaran
|
Alat/Sumber
Belajar
|
Penilaian Perkembangan
Anak
|
Selama 25 menit
|
Bermain puzzle
|
Pemberian tugas
|
Pertama-tama instruktur menjelaskan aturan permainan.
Lalu anak dibantu instruktur membagi diri menjadi 2 kelompok. Setelah itu
instruktur membagi 2 gambar puzzle kepada setiap kelompok.
Kemudian anak dibantu instruktur memaksimalkan kemampuannya menyusun puzzle agar
kelompoknya bisa menjadi yang tercepat menyelesaikan puzzle.
Kelompok tercepat akan diberi hadiah.
|
2 buah puzzle dan hadiah menarik
sebagai reward
|
Penugasan dan observasi
|
Selama 20 menit
|
Menuliskan nama-nama benda dalam bahasa inggris
|
Menuliskan nama-nama benda di papan tulis dalam bahasa
inggris
|
Instruktur membagi anak kedalam dua kelompok.
Lalu anak diarahkan untuk berbaris mengahadap papan tulis menurut kelompok
nya. Masing-masing kelompok diberi satu buah spidol. Kemudian anak
satu-persatu diarahkan untuk menuliskan satu nama benda dalam bahasa inggris.
Anak yang sudah menulis diarahkan untuk berbaris di bagian belakang barisan.
Dan begitu seterusnya sampai batas waktu yang ditentukan instruktur. Kelompok
yang paling banyak menuliskan nama benda akan diberi reward.
|
Spidol
|
Observasi, Penugasan
|
c) Penutup (5 menit)
Kegiatan akan ditutup sebuah lagu. Dilanjutkan dengan ucapan terima kasih untuk
semangatnya hari ini dan memberikan pertanyaan singkat mengenai perasaan nya
selama pembelajaran bersama kelompok. Lalu kelompok membagikan snack kepada
semua anak dan mengucapkan salam perpisahan.
3 PEMBAGIAN TUGAS
Adapun pembagian tugas selama kegiatan berlangsung, adalah:
Pertemuan
I
- Instruktur kegiatan : Khirzun Nufus.
Adapun tugas dari instruktur adalah
sebagai main komunikator yang akan paling banyak berinteraksi
dengan peserta didik
- Co-Instruktur Kegiatan : Dewi Suci
Armadhani dan Abdul Hakim.
Adapun
tugas dari co-instruktur adalah membantu tugas instruktur dalam proses kegiatan.
- Observer : Byuti Ridha Andini
Tugas
observer adalah mengobservasi jalannya kegiatan, salah satunya melalui metode
mencatat dan dokumentasi. Adapun hal-hal yang perlu diobservasi adalah :
-
Instruktur dan co instructur menjadi observee
- Cara pendekatan
observee terhadap anak-anak
- Tutur kata serta
body language observee pada anak
- Apakah observee
sudah memenuhi syarat dalam menciptakan chemistry pada anak
-
Respon anak-anak saat diajak berkenalan
- Motivasi anak-anak
saat diajak untuk menceritakan dirinya serta keluarganya
- Apakah anak-anak
termotivasi karna reward saja
- Bagaimana observee
menurunkan kebosanan anak
- Keinginan anak
saat diajak bernyanyi walaupun tanpa reward
- Feedback yang
diberikan anak kepada observee sebagai orang yang asing bagi mereka.
-
Body language anak
Pertemuan
II
a. Instruktur kegiatan : Byuti Ridha Andini
Adapun tugas dari instruktur adalah
sebagai main komunikator yang akan paling banyak berinteraksi
dengan peserta didik, menjelaskan permainan dan memimpin jalannya
proses paedagogi
b. Co-Instruktur
Kegiatan : Khirzun Nufus dan Abdul Hakim.
Adapun tugas dari co-instruktur adalah
membantu tugas instruktur dalam
proses kegiatan.
c. Observer :
Dewi Suci Armadani
Tugas
observer adalah mengobservasi jalannya kegiatan, salah satunya melalui metode
mencatat dan dokumentasi. Adapun hal-hal yang perlu diobservasi :
-
Bagaimana observee mengawali perbincangan pada anak
-
Apakah anak-anak masih mengenal kelompok
-
Apakah kelompok memberi kesan yang baik pada anak
- Cara observee
mengajak anak untuk mengikuti perintah mereka
-
Cara anak melakukan tugas yang diberikan oleh
observee
- Penyampaian serta
body language anak dalam menceritakan cita-cita mereka
- Body language
guru-guru anak TK terhadap kelompok
- Kesan anak terhadap
datangnya kelompok sebagai orang asing
4 ALAT BANTU YANG DIGUNAKAN
Alat bantu
yang akan sering digunakan adalah alat-alat tulis yaitu pensil dan
penghapus sebagai reward untuk beberapa kegiatan. Kertas HVS
bergambar sebagai bahan dalam pembelajaran di pertemuan pertama. Untuk
pertemuan kedua menggunakan puzzle, spidol dan papan tulis sebagai
alat bantu pembelajaran.
PROSES
PEMBELAJARAN
a 1. Skenario yang
Berpeluang Diobservasi :
Pertemuan
I (Kamis,
27 Maret 2014)
Kelompok tiba di TK Namira sekitar pukul 8 pagi. Saat itu para
siswa dan guru masih mengikuti senam pagi bersama di aula sekolah. Kemudian sekitar pukul 8.10 senam berakhir, siswa kembali ke kelas masing-masing. Setiap kelas rata-rata berjumlah 15-25 orang, begitu juga dengan
kelas dimana
kelompok akan melakukan praktek paedagogi yang
siswanya berjumlah
20 orang. Namun
3 orang siswa bersama
beberapa orang siswa dari kelas lain, tidak bisa mengikuti kegiatan kelas karena harus
latihan bermain
pianika untuk tampil
di suatu acara, jadi saat itu ada 17 orang siswa yang menjadi objek praktek paedagogi kelompok.
Sebelum kelompok memulai kegitan, kepala sekolah terlebih
dahulu masuk
ke kelas dan memperkenalkan kelompok kemudian memberitahu tujuan kedatangan kelompok, sebelum keluar kelas kepala sekolah mengajak para siswa untuk bernyanyi
bersama untuk memberi semangat siswa. Baru kemudian kelompok memulai praktek paedagogi. Didalam kelas masih ada dua orang guru yang akan mengawasi kegitan, dan berjaga-jaga
kalau-kalau nantinya ada siswa yang sulit diatur atau keadaan kelas
tidak bisa dikendalikan kelompok.
Kelompok mengawali kegitan pagi itu dengan
perkenalan oleh anggota kelompok
satu persatu, dan dilanjutkan dengan pertanyaan pembukaan seperti “apa kabar adik-adik?”,
“yang tadi pagi sarapan tunjuk tangan. Tadi pagi sararapan apa?” dan “siapa
yang tadi sebelum ke
sekolah mandi
dulu? Siapa ayo yang belum mandi?
Coba dicium dulu
teman disebelahnya, wangi nggak?”.
Dengan pertanyaan tersebut kelompok
berharap dapat menarik
atensi para siswa dan membuat siswa lebih bersemangat dan mau ikut aktif dalam kegiatan. Kemudian dilajutkan dengan perkenalan
satu-persatu oleh para siswa yang hadir dikelas. Siswa diminta untuk menyebutkan nama panggilan mereka. Saat itu kondisi kelas sangat
atraktif, karena para siswa yang lain ikut berteriak menyebutkan nama siswa lain saat memperkenalkan diri.
Selanjutnya kelompok mengajak siswa untuk bernyanyi bersama. Lagu pertama adalah ‘kalau kau senang hati’. Para
siswa bernyanyi dengan semangat,
apalagi ketika kelompok mengganti lirik ditengah lagu menjadi “kalau kau senang hati gelitik
temanmu”, ada yang tertawa
kegelian bahkan ada yang berlari sampai
keujung kelas untuk menggelitik
temannya yang lain. Kegiatan selanjutnya
kelompok mengajak siswa bermain menyebutkan panca indera sambil menunjuk panca indera yang dimaksud. Misalnya ketika instruktur menyebutkan hidung, siswa juga akan
berkata hidung sambil menunjuk hidung. Kelas menjadi heboh ketika instruktur
berkata mulut
sambil menunjuk mata yang tanpa sadar diikuti oleh para
siswa, kemudian mereka menertawakan satu sama lain.
Kelompok kemudian membagi kelas menjadi 4 kelompok, yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Tiap kelompok masing-masing diberikan satu set puzzle yang
sudah dipersiapkan, mereka
diminta untuk menyusun puzzle tersebut secepat mungkin, dan kelompok tecepat akan dijanjikan reward. Siswa
sangat bermangat menyelesaikan puzzle karena gambar-gambar yang dipilih juga disesuaikan
dengan selera anak-anak. Kami
juga ikut duduk dan membantu siswa menyelesaikan puzzle, sambil mengajak mereka ngobrol “ini gambar apa ya?”, “gambarnya cantik ya?”, “kamu suka princess nggak?”
atau “yang ini diletakin dimana ya?”. Setelah semua kelompok menyelesaikan masing-masing puzzle mereka diberikan reward yang sudah
dijanjikan sebelumnya.
Semua kelompok diberikan reward karena
sudah berhasil menyusun puzzle dengan
baik.
Sebelum kegiatan hari itu berakhir,
sekali lagi kelompok mengajak siswa bernyanyi bersama, lagu potong bebek angsa sambil menirukan gaya instruktur didepan kelas.
Sekitar pukul 9.15 kelompok menutup kegiatan hari itu, dan berjanji
akan kembali
lagi.
Pertemuan II (Sabtu, 29 Maret 2014)
Kelompok kembali ke kelas yang sama dengan kelas yang sebelumnya, saat itu mereka baru saja masuk kelas. Sebelum memulai kegiatan kelompok bertanya pada siswa apakah masih ingat dengan mereka “ayo nama kakak yang ini siapa?”, ada beberapa
orang siswa yang masih
ingat namun
ada juga beberapa siswa lain yang terlihat ragu untuk menjawab nama anggota kelompok, kemudian kelompok kembali memperkenalkan diri satu-persatu. Kemudian dilanjutkan dengan bernyanyi
bersama, siswa dan kelompok menyanyikan lagu lihat kebunku dan pelangi
sambil bertepuk tangan sesuai dengan tempo lagu.
Selanjutnya para siswa diminta untuk duduk tertib di tempat duduk masing-masing.
Kemudian kelompok membagikan alat bantu yang sudah
dipersiapkan berupa, gambar
binatang kucing, ayam,
kambing dan bebek yang sudah diprint hitam putih. Kelompok membagikan pensil warna milik masing-masing siswa. Mereka diminta untuk mewarnai gambar binatang tersebut dengan pensil
warna. Anggota kelompok
ikut bergabung bersama
siswa sambil
kembali mengajak mereka bercerita “kamu dapat gambar apa?” “kamu suka kucing?”. Ada beberapa anak
yang mewarnai
binatang tersebut sesuai dengan warna yang sebenarnya, namun ada pula yang tidak. Seperti ada
yang mewarnai
kucing dengan warna ungu atau bebek dengan warna merah.
Setelah semua siswa selesai mewarnai, kelompok bertanya “siapa yang dapat gambar kucing ayo tunjuk tangan” dan
“suara kucing gimana ya?”, begitu seterusnya dengan ayam, kambing dan bebek. Para siswa bersemangat menirukan suara binatang-binatang tersebut.
Selanjutnya kelompok memberikan instruksi bahwa, para siswa
harus mencari
induk dari binatang yang telah mereka
warnai sebelumnya,
dimana Byuti menjadi induk kucing, Uun menjadi induk ayam, Dewi menjadi induk bebek dan Hakim menjadi induk kambing. Para siswa diminta untuk mencari masing-masing induk binatang sambil menirukan suara binatang tersebut.
Selanjutnya, masih
berbentuk kelompok
para siswa diajak benyanyi bersama
lagu ‘aku anak sehat’ dan ‘kuda kecil’
sambil memperagakan lagu tersebut. Kemudian siswa diminta kembali ketempat duduk masing-masing.
Selanjutnya kelompok meminta siswa yang berani untuk tampil didepan kelas menyanyikan sebuah lagu, yang dipilih
siswa yang duduknya paling rapi, yang berani tampil akan diberikan reward berupa
penggaris. Ada 5 siswa yang terpilih untuk maju ke depan kelas dan membawakan lagu bebas. Setelah kelima siswa tersebut tampil, kelompok bertanya “yang lain juga mau hadiah nggak?” semua siswa serentak menjawab “mauuu…”. “Yang mau hadiah ayo coba buat barisan”. Siswa
kemudian bergegas membuat barisan yang rapi. Kelompok membagikan bingkisan berupa makanan ringan yang dibungkus dalam plastik, layaknya bingkisan yang
dibagikan pada perayaan ulang tahun.
Sebelum mengakhiri kegiatan, kelompok bertanya kepada para siswa bagaimana perasaan mereka, “adik-adik gimana perasaannya? Seneng nggak?”.
Kemudian kelompok mohon undur diri dari kelas tidak lupa
berterimakasih
kepada siswa karena sudah aktif mengikuti kegiatan yang ada.
2. Objek Observasi
Pertemuan I (Kamis, 27 Maret 2014)
- Komunikasi
Kontak mata dari Instruktur dan
Co-Instruktur
Eye contact sangat
bermanfaat untuk menyampaikan
informasi, menunjukkan perhatian dan minat, mengundang dan mengontrol interaksi,
mendominasi, mengancam, dan mempengaruhi orang lain, memberikan umpan balik
selama pembicaraan dan mengungkapkan sikap
Dari kontak mata
yang observer lihat, observee sangat antusias dilihat dari besarnya pupil mata
observee saat memandang anak-anak. Namun, masih ada keraguan-keraguan yang
tersimpan seolah-olah tidak percaya bahwa saat itu mereka sedang berinteraksi
langsung dengan anak-anak. Tetapi dari yang observer lihat bahwa observee
mencoba untuk mengontrol interaksi kepada anak-anak, seperti yang kita ketahui
perhatian untuk anak-anak yang berumur 5 tahun sangat mudah terpecahkan
sehingga tatapan observer pun harus benar-benar terjaga untuk melihat semua anak-anak di dalam ruangan.
Kontak mata dari Anak-anak
Dari kontak mata nya, anak-anak
terlihat sangat antusias dengan kelompok. Dimana saat para instruktur
berbicara kepada seluruh siswa di kelas, siswa memperhatikan instruktur yang
sedang berbicara kepada mereka. Selain itu ketika instruktur berusaha
memberikan kontak mata langsung kepada satu per satu siswa, siswa juga
memandang kearah instruktur, walaupun kontak mata yang terjadi tidak
berlangsung lama karena perhatian anak cepat sekali beralih. Artinya terjadi
kontak mata yang baik antara siswa dan instruktur, karena anak membalas kontak
mata dari instruktur.
- Body language
Instruktur dan Co-Instruktur
Body language yang ditampilkan para observee
diantaranya adalah terlalu banyak melakukan gerakan yang tidak bertujuan yang
dapat diartikan bahwa mereka sangat gugup. Ini dikarenakan praktek paedagogi
merupakan hal yang sangat baru. Body language yang lain adalah berbicara sambil
menutup mulut yang dapat diartikan bahwa para instruktur takut salah apa yang
ia katakan pada anak-anak.
Kemudian melakukan pendekatan kepada anak-anak namun secara
ragu-ragu dan seperti ‘ingin tapi tidak ingin’, ini menandakan bahwa para
instruktur kurang mampu menguasai kegugupannya. Padahal anak-anak sangat aktif
untuk diajak berinteraksi bahkan ada anak yang ketika tidak diajak
berinteraksi, dia malah berdiri maju ke depan untuk berinteraksi dan para
instruktur melakukan gerakan menunduk untuk mendengarkan anak tersebut yang
menandakan instruktur peduli dan welcome terhadap anak yang
aktif tadi.
Namun, ada satu waktu dimana ada anak perempuan yang bernama
Aisyah menangis, disitu kami semua sebagai tamu diam termasuk para instruktur
nya karna kami sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi pada anak tersebut
sehingga datang lah guru mereka dan mendiamkan anak yang menangis tadi. Dari
raut muka yang observer lihat, para instruktur sangat kebingungan dan saling
bertanya tentang apa yang sedang terjadi.
Anak-anak
Beberapa siswa
menunjukkan bahasa tubuh dan gerak-gerik yang positif terhadap proses
pembelajaran yang di sajikan kelompok. Dimana anak terlihat aktif dan
bersemangat mengikuti instruksi dari kelompok. Walaupun awalnya tidak semua
anak ikut aktif, namun dominannya anak yang aktif dalam proses pembelajaran
membuat anak yang kurang aktif lama-kelamaan menunjukkan bahasa tubuh dan
gerak-gerik yang positif juga.
Kami semua juga berusaha mendorong anak-anak yang
kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan
berbicara secara langsung dengan posisi tubuh yang sama dengan anak, sehingga
anak merasa lebih dekat dan lebih terbuka pada kelompok serta mau mengungkapkan
apa yang sedang dirasakannya. Ini dapat dilihat ketika para instruktur
menugaskan mereka untuk menyusun puzzle. Puzzle tersebut
dibagi kedalam 4 kelompok yang masing-masing 5-6 orang anak.
Ketika instruktur membawa puzzle tersebut anak-anak semua melihat kearah
instruktur bahkan ada beberapa anak yang mendekati instruktur tersebut. Saya
sebagai observer berada dalam satu kelompok dimana kelompok tersebut dihuni
oleh para gadis cantik dan satu pangeran. Disitu saya memberikan puzzle yang
bergambarkan princess yang merupakan gambar kebanggaan para
gadis-gadis jelita. Walaupun ada satu pangeran disitu, namun pangeran tersebut
tidak protes atau mencoba untuk bergabungg dengan teman kelompok lain yang
mendapatkan gambar binatang tetapi dia malah bersemangat menyiapkan puzzle tersebut.
Di dalam kelompok tersebut ada yang social loafing, gadis
cantik mirip orang Arab yang bernama Aisyah, bukannya membantu kelompok
menyelesaikan puzzle dia malah sibuk
mengajak ngobrol salah satu anggota kelompok. Walaupun begitu, mereka tetap yang juara satu yang
menyiapkan puzzle berkat anggota lain yang solid dan
kompak.
- Pilihan Kata & Kalimat
Instruktur dan Co-Instruktur
Instruktur dan teman-teman
kelompok lain sangat memilih kata-kata apa yang akan di ucapkan. Mengingat
konsep kata ”jangan” yang di bahas pada pembelajaran PAUD sangat tidak baik di
ucapkan kepada anak-anak usia dini. Seperti saat salah satu anak yang bernama
Faik mengejek salah satu teman perempuannya yang bernama Aisyah hingga membuat
Aisyah menangis . Ketika menasihati Faik kami lebih memilih menggunakan kalimat
“mengejek itu gak baik Faik, Allah gak suka sama anak yang suka ngejek
temannya” daripada menggunakan kalimat “jangan ngejek- ngejek gitu lah Faik”.
Karena anak pada usia dini akan lebih mengingat kalimat setelah kata jangan
tersebut, yaitu kata “ngejek”. Nantinya anak akan mengulangi perbuatan mengejek
tersebut.
Namun pemilihan kata dan kalimat para instruktur tampak kurang
dapat dipahami anak, sehingga komunikasi kurang berjalan dengan lancar. Untuk
membantu menyampaikan maksud kami, kami meminta bantuan kepada guru
sehingga anak-anak lebih mudah untuk mengerti.
Anak-anak
Anak-anak sangat sering mengulang kata-kata. Seperti pada saat mereka
diminta untuk mengulang nama-nama kami semua. Ketika instruktur menunjuk Uun
mereka semua langsung menjawab “ Kak Uun”, begitu juga dengan yang lain. Namun
kondisi nya sedikit berbeda ketika istruktur menunjuk Byuti, mereka semua
terlihat mencoba mengingat. Kemudian ada satu anak yang bernama Faik langsung
mengatakan “ Kak Yuniii”. Kami semua pun tertawa dan mencoba mengingatkan Faik
dengan nama Byuti.
- Respon Audience
Ketika instruktur
menggunakan kalimat “mengejek itu gak baik Faik, Allah gak suka sama anak yang
suka ngejek temannya”, Faik menunjukkan respon yang sesuai dengan maksud dari
kalimat yang digunakan yaitu Faik berhenti mengejek Aisyah dan meminta maaf
kepada Aisyah. Lalu ketika instruktur memberikan instruksi kepada siswa, siswa
mampu memahami instruksi yang diberikan. Selain itu siswa juga terlihat sangat
aktif mengikuti proses pembelajaran ketika instruktur memberikan reward kepada
siswa yang mengikuti instruksi yang di berikan. Dalam hal ini reward yang
diberikan berhasil memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
Pertemuan II (Sabtu,
29 Maret
2014)
- Komunikasi
Kontak mata dari Instruktur dan
Co-Instruktur
Kontak mata yang digunakan dihari kedua ini sudah berubah dari formal
gaze ke informal gaze atau malah ke personal
gaze, dimana para instruktur sudah melihat anak-anak tidak hanya wajah nya
saja namun sudah ke seluruh badan anak-anak. Di hari kedua ini para instruktur
juga sudah terlihat tidak gugup lagi dilihat dari eye contact yang diberikan
sudah mencakup ke seluruh bagian ruangan. Mereka sudah lebih yakin bahwa
anak-anak welcome terhadap mereka dan mudah untuk diajak
berinteraksi.
Kontak mata dari Anak-anak
Seperti hari pertama, kontak mata yang terjadi lebih baik dari hari
pertama. Apalagi mereka tahu bahwa kami semua menyenangkan dan
membawa reward yang banyak untuk mereka serta
permainan-permainan yang membebaskan mereka dari belajar formal seperti hari
biasa. Pupil mata mereka juga terlihat lebar yang mengartikan bahwa mereka
tertarik pada kami semua.
Anak yang tadinya tidak
berani melakukan kontak mata dengan waktu yang lama kepada kelompok, pada hari
kedua sudah mulai berani melakukan kontak mata yang lebih lama. Mungkin
dipengaruhi oleh perasaan sudah mengetahui dan mengenal kelompok. Anak-anak
juga masih terlihat antusias dengan kelompok seperti di hari pertama.
- Body language
Instruktur dan Co-Instruktur
Body language yang ditampilkan dihari keduu ini sudah
tidak melakukan gerakan yang berlebihan lagi. Para instruktur melakukan gerakan
hanya ketika mereka berinterasksi dengan anak-anak dan posture mereka
berdiri sudah tidak gugup dan terlihat yakin bahwa anak-anak tersebut baik.
Anak-anak
Beberapa siswa
yang awalnya seperti enggan untuk ikut aktif dalam kegiatan, pada hari kedua
sudah mulai menunjukkan bahasa tubuh dan gerak-gerik yang menunjukkan
ketertarikan lebih pada kegiatan yang diberikan. Hal ini menunjukkan usaha
kelompok untuk mendorong anak-anak yang kurang bersemangat dalam mengikuti
proses pembelajaran tersebut dengan berbicara secara langsung untuk
mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya membuahkan hasil yang baik.
- Pilihan Kata & Kalimat
Instruktur dan Co-Instruktur
Sama seperti hari
pertama, pada hari kedua instruktur dan teman-teman kelompok lain tetap memilah
kata-kata apa yang akan di ucapkan. Kami juga banyak menggunakan
kalimat-kalimat yang mengandung motivasi. Seperti, ketika salah satu anak
memohon co-instruktur untuk membantunya mencat gambar pada kertas yang
disediakan kelompok, karena saat itu semua temannya sudah selesai mencat dan
dia ingin cepat siap.
Namun co-instruktur menolak
permohonan itu dengan menggunakan kalimat yang memotivasi anak, seperti ”kamu
harus ngerjain itu sendiri ya, kalo kakak yang ngerjain nanti hadiahnya untuk
kakak loh”. Dengan kalimat seperti itu, dia tidak merasa di abaikan dan
berusaha lebih giat.
Anak-anak
Anak-anak lebih manja dan akrab terhadap para instruktur.
- Respon Audience
Semua anak terlihat lebih
responsif dengan semua instruksi kelompok di hari kedua. Siswa juga tetap
terlihat aktif mengikuti proses pembelajaran ketika instruktur memberikan reward kepada
siswa yang mengikuti instruksi yang di berikan. Reward masih
berfungsi memotivasi siswa untuk lebih aktif dan bersemangat dalam kegiatan.
Selain itu, diakhir pembelajaran pada hari kedua, kelompok menanyakan perasaan
semua anak dengan kegiatan yang dilakukan selama dua hari kepada kelompok. Dengan
semangat mereka mengungkapkan rasa senangnya dengan kehadiran kelompok dan
berterima kasih karena telah memberikan hadiah-hadiah kepada mereka semua.
EVALUASI
Dari hasil pertemuan I dan II, kegiatan tersebut akan dievaluasi
berdasarkan teori :
Paedagogi Modern
Berdasarkan hasil diskusi kami, kami melakukan pendekatan paedagogi Modern,
dimana paedagogi modern dicirikan oleh 4 hal yaitu :
Pengajaran
Yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten,
pengetahuan, merangsang, mengawasi dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil.
Dari penjelasan
diatas, kami melakukan pengajran dengan menggunakan teknik reward dan bernyanyi
bersama untuk mentransformasikan ilmu dan merangsang bakat-bakat yang ada
didalam tubuh anak. Kami juga membuat permainan puzzle yang sangat berguna
untuk merangsang sistem logika anak serta memfasilitasi anak dengan puzzle yang
telah kami persiapkan dan gambar-gambar hewan yang telah kami print sehingga
ank tinggal mengerjakannya.
Belajar
Yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam
memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan.
Proses ini lah
yang dilakukan Faik, salah satu murid kami yang langsung berinisiatif berdiri
maju kedepan kelas untuk mengungkapkan perasaan dan apa juga mencoba untuk
memberi masukan apa yang akan kita lakukan hari ini. Serta ia juga yang
berinisiatif memanggil nama Byuti dengan kak Yuni padahal teman-temannya semua
pada diam dan mencoba mengingat nama Byuti.
Hubungan mengajar dengan belajar dengan segala faktor lain yang tergamit
mendorong minat paedagogi.
Kejadian ini
dilakukan oleh Aissyah dimana ia mencoba untuk melakukan khayalan-khayalan
tentang gambar princess yang kami berikan. Disitu ia bercerita tentang rumah
princess ataupun teman-teman princess bahkan ia juga bercerita bahwa ia
memiliki princess di rumahnya.
Hubungan belajar mengajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada
segala tahapan usia.
Untuk tahapan usia
5 tahun, para guru lah yang meberi intruksi kepada anak-anak, caranya dengan
membunyikan kerincingan bulat ketika mereka semua masing-masing tidak
memperhatikan dan malah asik sendiri. Dengan alat bantu alat musik itu,
anak-anak akan merubah atensi mereka semua ke arah sumber bunyi.
Perspektif Danilov
Yang mendefinisikan istilah pedagogis sebagai proses interaksi
terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan
pengembangan siswa. Asimilasi pengetahuan oleh siswa berkaitan dengan
antusiasme mereka untuk mengetahui diverifikasi dalam proses kerja yang
intensif dan aktif.
Ini sangat jelas seperti yang kami lakukan dimana anak-anak
sangat antusias terhadap pengetahuan dan kecerian serta pengembangan untuk diri
mereka ketika kami melakukan games puzzle yang sangat membantu pengembangan
otak kiri mereka dan ketika kami menyuruh mereka untuk bernyanyi kedepan
walaupun mereka sendiri bingung untuk menyanyikan lagu apa sehingga harus
dibantu untuk menentukan judulnya. Ini sangat membantu untuk pengembangan
kepercayaan diri mereka serta untuk pengetahuan ilmiah kami membuat permainan
induk ayam, bebek, kucing dan kambing yang ketika kami menyuruh mereka untuk
memeragakan suara kucing mereka pun “meow...meow..meow”, dan begitu seterusnya
yang membentuk pengetahuan ilmiah mereka.
Ini
juga berkaitan dengan yang dirumuskan oleh badan nasional Standar profesional
Pengajaran di Amerika Serikat dimana tidak hanya memfasilitasi melainkan juga
memotivasi, menagkap hati dan pikiran mereka serta melibatkan mereka aktif
dalam pembelajaran.
Kami memotivasi
anak-anak dengan reward yang kami berikan. Tetapi kekurang dari reard adalah
ketika salah satu anak sudah maju kedepan untuk bernyanyi dan mendapatkan
sebuah penggaris maka ia tidak ingin lagi memperhatikan temannya melainkan asik
sendiri dengan penggaris nya yang bisa ia main-mainkan.
Ini berhubungan jugateori yang dikembangkan oleh B.F Skinner
tentang proses pembelajaran Stimulus-Respon, dimana respon akan terjadi
penguatan ketika stimulus yang diberikan menyenangkan bagi anak dan
mengeliminasi respon yang menyenangkan ketika stimulus tersebut tidak baik
untuknya.
Elemen-elemen
penting dalam mengajar
Meliputi tujuan, bahan ajar, interaksi guru-siswa dengan perekat
kemampuan pengelolaan kelas dan evaluasi dengan hasil belajar.
Kami semua memiliki
tujuan, bahan ajar dan interaksi serta evaluasi kami dapatkan dari anak-anak
yang ketika kami tanya” apakah mereka senang akan kehadiran kami?” mereka semua
dengan serentak menjawa “senaaaang”. Dan ketika kami telah keluar tetapi masih
dilingkungan sekolah, salah satu anak menghampiri kami dan masih berinteraksi
dengan memamerkan makanan yang ia bawa untuk hari ini padahal kami semua
tidakada yang bertanya mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta
0 komentar:
Posting Komentar