A.
Pengertian
Pedagogik
Pedagogik merupakan
ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Pedagogik sebagai
ilmu sangat di butuhkan oleh guru khususnya guru taman kanak-kanak dan guru
sekolah dasar karena mereka akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa.
Tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan, atau mentransformasikan
pengetahuan kepada para anak di sekolah, melainkan guru mengemban tugas untuk
mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu. Guru mengembangkan
sikap mental anak, mengembangkan hati nurani atau kata hati anak, sehingga ia
(anak) akan sensitif terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat derajat
manusia, dan menghargai ssesama manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan
keterampilan anak, keterampilan hidup di masyarakat sehingga ia mampu untuk
menghadapi segala permasalahan hidupnya.
1.
Pendidikan
Dalam Arti Khusus
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld
(Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke
arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan
tugas hidupnya”.
Jadi pedagogik adalah ilmu mendidik anak.
Langeveld (1980),
membedakan istilah “pedagogik“ dengan istilah “ pedagogi”. Pedagogik di artikan
dengan ilmu mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan
tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendididk
anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan
kepada praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbimg anak.
Pendidikan dalam arti
khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan
keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas di
kemukakan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiati:1991 ) bahwa:
a. Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi
pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia
purnawan.
b. Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi
pembudayaan anak. Ia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai
manusia purnawan.
c. Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi
pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untukakhirnya bisa t sendiri
sebagai manusia purnawan.
2.
Pendidikan
Dalam Arti Luas
Pendidikan dalam arti
luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang
berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu
proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat,
merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan
inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dari pengertian pendidikan
di atas (dalam arti luas) ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang
akan dilaksanakan:
Pertama,
bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak
manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu
untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari
konsep pendidika sepanjang hayat adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan
persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat.
Kedua,
bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia:
tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat, dan tanggung jawab
pemerintah.
Ketiga,
bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan
manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang di sebut
manusia seluruhnya.
Bagi orang dewasa ilmu
pendidikan yang mengkajinya disebut “andragogi”, yang berassal dari bahasa
yunani “andr” dan “agogos”. Dalam bahasa yunani, “andr” berarti orang dewasa
dan “agogos” berarti memimpin atau membimbing. Knowles (1980) mendefinisan
andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu warga (orang dewasa) untuk
belajar. Berbeda dengan pedagogi yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu
untuk mengajar anak-anak.
Andragogi adalah suatu
model proses pembelajaran peserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi
disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar.
Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik
pembelajaran melibatkan warga belajar.
3.
Mendidik,
Mengajar, Dan Melatih.
Menurut
Jean-Jacques Rousseau dalam Closson (1999), mendidik adalah memberikan
pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak tapi dibutuhkan pada masa
dewasa.
Menurut
Usman (1994), mengajar adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar
mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar.
Menurut
Sarief (2008), melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk
membantu orang lain (atlet) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam
usahannya mencapai tujuan tertentu.
Tujuan
dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian
yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai
kepribadian yang dewasa. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak
ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir
seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu
berpikir abstrak logis, obyektif,
kritis, sistematis analisis, sintesis, integrative, dan inovatif. Tujuan
latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan
adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah
kehidupan sehari-hari dan dapat pula mebantu proses belajar, seperti kemampuan
berhitung, membaca, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan
maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut
pembangunan seluruh kepribadian seseorang.
B. Pentingnya Pendidikan
1. Manusia Memerlukan Bantuan
Tanpa usaha belajar
dari pihak generasi muda dan usaha pendidikan dari pihak generasi dewasa, manusia
tak dapat mempertahankan dan mengembnagkan kehidupannya, sehingga dapat
mencapai tingkat yang lebih bermutu dan lebih mulia. Pendidikan berfungsi untuk
meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu, maupun sebagai
kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
2.
Pendidikan
Dalam Praktik
Antara individu yang
satu dengan yang lain ada hubungan pengaruh mempengaruhi. Kita menemukan pada
setiap manusia gejala suka meniru (imitasi) perbuatan manusia lain. Dalam
observasi mengenai pergaulan antara manusia kita temukan ada gejala seperasaan;
jika anak sakit ibu merasakan juga keadaan anak yang sakit, pada ibu timbul
rasa kasih saying. Gejala yang berhubungan dengan perasaan individu yang satu dengan
individu lain, disebut oleh Maks Scheler simpati, yang secara etimologis
terdiri atas dua kata, yaitu “sing” sama atau “ bersama”, “pati” (dari
yunani “pathos” yang berarti perasaan,
penderitaan). Proses identifikasi adalah semacam keinginan meniru segala
tingkah laku orang tuanya, dan sering sekali berlangsung secara tidak sadar.
Jelas bahwa menurut Janlighart
pendidikan itu di dasari oleh kasih sayang, yang merupakan sumber bagi dua
syarat yang lain, yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat di
perlukan untuk menghadapi anak, karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak
akan menggairahkan kejiwaan anak.
Dengan pendidikan atau
dengan proses perkembangan masyarakat, kita akan menemukan suatu perubahan
dalam cara dan kualitas kehidupan. Tidak ada masyarakat yang bersifat statis,
yang tidak mengalami perubahan. Upaya pendidikan bukan saja terjadi atas sikap
perbuatan dan seluruh kepribadian, melainkan juga alat-alat pendidikan yang
dengan sengaja di manfaatkan oleh pendidik. Dalam praktik pendidikan
sehari-hari, kita tidak boleh melupakan
respon anak didik terhadap upaya pendidikan yang kita gunakan, karena respon
anak tersebut merupakan umpan balik (feedback) bagi tindakan–tindakan
pendidikan selanjutnya.
C.
Ilmu
Pendidikan Sebagai Teori
1.
Pentingnya
Teori Pendidikan
Teori pendidikan (dalam
hal ini pedagogik) perlu di pelajari secara akademik (secara ilmiah di
perguruan tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),
yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik disekolah maupun diluar
sekolah.
Ilmu pendidikan sebagai
teori perlu dipelajari karena akan memberi beberapa manfaat:
a. Dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan di
capai.
b. Untuk
menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam
praktik, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui
mana yang boleh dan yang tidak boleh di lakukan, walau teori tersebut bukan
suatu resep yang jitu.
c. Dapat
di jadikan sebagai tolak ukur, sampai di mana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
Prof. Sikun Pribadi (1984)
menemukakan tiga golongan kesalahan dalam melaksanakan pendidikan yaitu:
a. Kesalahan-kesalahan
teknis, artinya kesalahan yang di sebabkan oleh kekeurangan keterampilan atau
kesalahan dalam cara menerapkan pengertian atau prinsip-prinsip tertentu.
b. Kesalahn-kesalahan
yang bersumber pada struktur kepribadian prilaku pendidik sendiri.
c. Kesalahan-kesalahan
yang sifatnya konseptual, artinya karena pendidikan kurang mendalami
masalah-masalah yang sifatnya teoritis maka perbuatan mendidiknya mempunyai
akibat-akibat yang tak dapat di benarkan.
2.
Pendidikan
Dalam Ruang Lingkup Mikro Dan Makro
Pendidikan yang
dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturannya seperti
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung
seumur hidup, hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
Di samping kita
mengkaji pendidikan dalam skala luas, kita bisa mempelajari pendidikan dalam
skala kecil, misalnya pendidikan dalam keluarga saja, pendidikan di sekolah
saja, (misalnya kita hanya terfokus mengkaji pendidikan di SD saja, atau SMP),
hal tersebut merupakan suatu kajian pendidikan dalam skala mikro (kecil).
Pengelompokan kajian
pendidikan secara mikro dan makro tersebut dapat di lihat dari dua segi, yaitu:
a. Manusia
sebagai individu, dan sebagai anggota masyarakat.
Antara individu dan
masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat di pisahkan satu sama lain, artinya
individu tak mungkin berkembang dengan sebaik-baiknya, bahkan individu tak
mungkin hidup, tanpa di bantu oleh dan hidup bersama dengan orang lain. Suatu
masyarakat tak mungkin ada tanpa adanya anggota-anggota masyarakat atau
individu-individu yang hidup di dalamnya. Sering juga suatu masyarakat dapat
maju karena jasa-jasa orang-orang tersebut yang pernah memimpin masyarakat itu
atau yang pernah memberikan sumbangannya di mana individu itu hidup dan
bekerja.
b. Tanggung jawab pendidikan
b. Tanggung jawab pendidikan
1. Tanggung
jawab keluarga
Pendidikan mikro
sebagai upaya pendididkan untuk mendewasakan anak, sepenuhnya merupakan
tanggung jawab keluarga. Sekolah (sampai dengan SMA), pendidikan usia dini (play
group: kelompok bermain), atau bentuk-bentuk lainnya, merupakan pendidikan
mikro sebagai wakil keluarga dalam melaksanakan upaya pendidikannya.
Keluargalah yang paling bertanggung jawab secara moral, spiritual, dan fisik
material untuk mendewasakan anak.
2. Tanggung
jawab bersama
Tanggung jawab pendidikan
dalam arti luas merupakan tanggung jawab bersama dari semua pihak, yaitu
keluarga masyarakat, dan pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (pasal 7 – pasal 11).
0 komentar:
Posting Komentar