Program
Pembelajaran Anak TunaRungu
Hakikat
Anak Tuna rungu
I.Pengertian
Istilah
tunarungu secara etimologi dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang
dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu
mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik, anak
tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya.Pada saat berkomunikasi
barulah diketahui bahwa mereka tunarungu.
Seseorang
dikatakan tuli jika kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau
lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya
sendiri,tanpa atau menggunakan alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang
dikatakan kurang dengar apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 35
dB sampai 69 dB ISO, sehingga ia mengalami kesulitan untuk mengerti pembicaran orang
lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau dengan alat bantu mendengar(ABM).
II.Tanda-tanda peringatan kemungkinan tunarungu
- Kurang perhatian
- Perkembangan bicara yang kurang
- Kesulitan mengikuti instruksi
- Menanggapi lebih baik pada pekerjaan tugas ketika guru tersebut cukup dekat dengan si anak atau lebih baik pada tugas menulis daripada tugas lain yang memerlukan respons secara lisan
- Anak mengamati apa yang sedang dilakukan teman lainnya sebelum mulai pekerjaannya sendiri [mencari petunjuk]
- Meminta temannya dan guru untuk berbicara lebih keras
- Menjawab tidak tepat atau gagal untuk menjawab
- Anak mungkin kelihatan malu, menarik diri atau terlihat keras kepala dan tidak menurut
- Menolak untuk berpartisipasi dalam aktivitas lisan, tidak tertawa terhadap lelucon
- Sering mengeluh sakit telinga, pilek, radang tenggorokan
III.Tiga jenis utama
ketunarunguan berdasarkan Easterbrooks (1997) :
- Conductive loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
- Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau syaraf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.
- Central auditory processing disorder, yaitu gangguan pada sistem syaraf pusat proses auditer yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinganya itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat pemerosesan auditer ini mungkin memiliki pendengaran yang normal bila diukur dengan audiometer, tetapi mereka sering mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya.
IV.Kategori Ketunarunguan
- Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
- Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
- Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
- Ketunarunguan berat sekali (profound hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Sejauh tertentu, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan yang sangat tinggi (superpower).
5. Ketunarunguan Total (Total hearing
losses) daya tangkap terhadap suara cakapan
manusia tidak ada sama sekali,yaitu kehilangan lebih dari 120 dB.
|
|
Audibility
of
Conversational
Speech
|
Discrimination
Capacity
for Speech
|
Learning
Modality
|
Audibility of
Conversational
speech
|
Discrimination
Capacity
for
Speech
|
Learning
Modality
|
15-30 Db
|
Mild
|
Normal
|
Normal
|
Auditory
|
Normal
|
Normal
|
Auditory
|
31-60 dB
|
Moderate
|
Partial
|
Almost Normal
|
Auditory with
support from vision
|
Normal
|
Almost Normal
|
Auditory
|
61-90 dB
|
Severe
|
None
|
Irrelevant
|
Visual
|
Normal
|
Good
|
Auditory with
support from Vision
|
91-120 dB
|
Profound
|
None
|
Irrelevant
|
Visual
|
Normal
|
Poor
|
Auditory with
support from Vision
|
121 db or more
|
Total
|
None
|
Irrelevant
|
Visual
|
None
|
Irrelevant
|
Visual
|
Tabel Klasifikasi Ketunarunguan Menurut
Boothroyd
V.Metode Pengajaran
Bahasa bagi Anak Tunarungu
Terdapat tiga metode utama individu
tunarungu belajar bahasa, yaitu dengan membaca ujaran, melalui pendengaran, dan
dengan komunikasi manual, atau dengan kombinasi ketiga cara tersebut.
1) Belajar Bahasa Melalui
Membaca Ujaran (Speechreading)
Orang dapat memahami pembicaraan orang
lain dengan “membaca” ujarannya melalui gerakan bibirnya. Akan tetapi, hanya
sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat terlihat pada bibir (Berger, 1972). Di
antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang tertutup atau jauh
di bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran
yang pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat memastikan bunyi
apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi mereka yang
ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa. Seseorang dapat menjadi pembaca
ujaran yang baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik tentang struktur
bahasa sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai bunyi-bunyi yang
“tersembunyi” itu. Jadi, orang tunarungu yang bahasanya normal biasanya
merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu prabahasa, dan
bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan dapat membaca
bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus bergantung pada
cara ini (Ashman & Elkins,1994).
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran).
Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran).
Cued Speech
adalah isyarat gerakan tangan untuk
melengkapi membaca ujaran (speechreading).Delapan bentuk tangan yang menggambarkan
kelompok-kelompok konsonan diletakkan pada empat posisi di sekitar wajah yang
menunjukkan kelompok-kelompok bunyi vokal. Digabungkan dengan gerakan alami
bibir pada saat berbicara, isyarat-isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi
lebih tampak. Tujuan dari pengembangan komunikasi isyarat ini adalah untuk
meningkatkan perkembangan bahasa anak tunarungu dan memberi mereka fondasi
untuk keterampilan membaca dan menulis dengan bahasa yang baik dan benar. Cued
Speech telah diadaptasikan ke sekitar 60 bahasa dan dialek.
Keuntungan dari sistem isyarat ini adalah
mudah dipelajari (hanya dalam waktu 18 jam), dapat dipergunakan untuk
mengisyaratkan segala macam kata (termasuk kata-kata prokem) maupun bunyi-bunyi
non-bahasa. Anak tunarungu yang tumbuh dengan menggunakan cued speech ini mampu
membaca dan menulis setara dengan teman-teman sekelasnya yang non-tunarungu .
2) Belajar Bahasa Melalui
Pendengaran
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan
bahwa individu tunarungu dari semua tingkat ketunarunguan dapat memperoleh
manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat bantu dengar yang telah terbukti
efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural dengan tingkat yang berat sekali
adalah cochlear implant.
Cochlear implant adalah prostesis alat
pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen eksternal (mikropon
dan speech processor) yang dipakai oleh pengguna, dan komponen internal
(rangkaian elektroda yang melalui pembedahan dimasukkan ke dalam cochlea (ujung
organ pendengaran) di telinga bagian dalam. Komponen eksternal dan internal
tersebut dihubungkan secara elektrik. Prostesis cochlear implant dirancang
untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan langsung memberikan stimulasi
elektrik pada syaraf pendengaran (Laughton, 1997).
3) Belajar Bahasa secara
Manual
Secara alami, individu tunarungu cenderung
mengembangkan cara komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan
universalitas, berbagai negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang
dibakukan secara nasional. Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa
komunikasi manual dengan bahasa isyarat yang baku memberikan gambaran lengkap
tentang bahasa kepada tunarungu, sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan
baik. Kerugian penggunaan bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya
cenderung membentuk masyarakat yang eksklusif.
VI.Pendekatan dalam
Pengajaran Bahasa bagi Anak Tunarungu
Pengajaran bahasa secara
terprogram bagi anak tunarungu harus dimulai sedini mungkin bila kita
mengharapkan tingkat keberhasilan yang optimal. Terdapat dua pendekatan dalam
pengajaran bahasa kepada anak tunarungu secara dini, yaitu pendekatan
auditori-verbal dan auditori-oral.
Praktek klinik dalam
terapi musik untuk tuna rungu di fokuskan pada area yang berhubungan dengan
komunikasi seperti : pelatihan auditory, produksi suara (berbicara) dan
perkembangan bahasa.
Terapi musik menjadi
suatu efek kedua untuk memperbaiki rasa sosial dan kepercayaan diri.
Terapi musik masih dianggap tidak praktis. Dikarenakan sebagian besar orang masih mempunyai konsep yang salah terhadap ketuna runguan dalam kapasitasnya untuk mendengar dan mengapresiasi stimulus musik.
Terapi musik masih dianggap tidak praktis. Dikarenakan sebagian besar orang masih mempunyai konsep yang salah terhadap ketuna runguan dalam kapasitasnya untuk mendengar dan mengapresiasi stimulus musik.
Musik juga sangat
fleksible dan dapat dimodifikasikan pada level pendengaran pada setiap orang,
level bahasa, kematangan dan preferensi musik. Melalui musik, mereka mengarah
pada sensitivitas yang inherent dan kapasitas merespon langsung kepada ekspresi
dari ritme dan variasi nada, yang dideskripsikan sebagai musik. Mereka juga
menekankan, bahwa musik dari berbagai sisi mempunyai efek pada manusia. Musik
merupakan media untuk aktivitas dalam bereksplorasi dan pengalaman diri,
sehingga berhubungan langsung pada bicara dan bahasa, komunikasi dan pikiran,
juga pada ekspresi tubuh dan emosi dalam skala besar. Sehingga terapi musik
dapat masuk dan meningkatkan habilitas dan perkembangan secara luas bagi ketuna
runguan.
Pendekatan Auditori
verbal
Pendekatan
auditori-verbal bertujuan agar anak tunarungu tumbuh dalam lingkungan hidup dan
belajar yang memungkinkanya menjadi warga yang mandiri, partisipatif dan
kontributif dalam masyarakat inklusif. Falsafah auditori-verbal mendukung hak
azazi manusia yang mendasar bahwa anak penyandang semua tingkat ketunarunguan
berhak atas kesempatan untuk mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan dan
menggunakan komunikasi verbal di dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya.
Pendekatan auditori verbal didasarkan atas prinsip mendasar bahwa penggunaan
amplifikasi memungkinkan anak belajar mendengarkan, memproses bahasa verbal,
dan berbicara. Opsi auditori verbal merupakan strategi intervensi dini, bukan
prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam pengajaran di kelas. Tujuannya
adalah untuk mengajarkan prinsip-prinsip auditori verbal kepada orang tua yang
mempunyai bayi tunarungu (Goldberg, 1997).
Prinsip-prinsip praktek
auditori verbal itu adalah sebagai berikut:
- Berusaha sedini mungkin mengidentifikasi ketunarunguan pada anak, idealnya di klinik perawatan bayi.
- Memberikan perlakuan medis terbaik dan teknologi amplifikasi bunyi kepada anak tunarungu sedini mungkin.
- Membantu anak memahami makna setiap bunyi yang didengarnya, dan mengajari orang tuanya cara membuat agar setiap bunyi bermakna bagi anaknya sepanjang hari.
- Membantu anak belajar merespon dan menggunakan bunyi sebagaimana yang dilakukan oleh anak yang berpendengaran normal.
- Menggunakan orang tua anak sebagai model utama untuk belajar ujaran dan komunikasi lisan.
Pendekatan Auditori Oral
Pendekatan auditori oral
didasarkan atas premis mendasar bahwa memperoleh kompetensi dalam bahasa lisan,
baik secara reseptif maupun ekspresif, merupakan tujuan yang realistis bagi
anak tunarungu. Kemampuan ini akan berkembang dengan sebaik-baiknya dalam
lingkungan di mana bahasa lisan dipergunakan secara eksklusif. Lingkungan
tersebut mencakup lingkungan rumah dan sekolah.
Elemen-elemen pendekatan auditori oral
yang sangat penting untuk menjamin keberhasilannya mencakup:
- Keterlibatan orang tua. Untuk memperoleh bahasa dan ujaran yang efektif menuntut peran aktif orang tua dalam pendidikan bagi anaknya.
- Upaya intervensi dini yang berfokus pada pendidikan bagi orang tua untuk menjadi partner komunikasi yang efektif.
- Upaya-upaya di dalam kelas untuk mendukung keterlibatan anak tunarungu dalam kegiatan kelas.
- Amplifikasi yang tepat. Alat bantu dengar merupakan pilihan utama, tetapi bila tidak efektif, penggunaan cochlear implant merupakan opsi yang memungkinkan.
Keuntungan utama pendekatan auditori-oral
ini adalah bahwa anak mampu berkomunikasi secara langsung dengan berbagai macam
individu, yang pada gilirannya dapat memberi anak berbagai kemungkinan
pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Ada hubungan yang kuat
antara bagaimana perasaan seseorang terutama bagi anak dengan tunarungu
terhadap dirinya sendiri dan bagaimana cara ia berperilaku. Oleh karena itu,
anak tunarungu perlu dibantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri agar
eksistensi mereka bisa disejajarkan dengan anak normal.
Beberapa cara untuk membantu anak tunarungu meningkatkan percaya diri:
Beberapa cara untuk membantu anak tunarungu meningkatkan percaya diri:
1. Lakukan attachment
parenting :
Sikap orang tua yang responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan anak, sehingga anak mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka dan merasa memiliki kontrol terhadap lingkungan. Jika tidak, mereka merasa tidak berharga sehingga membuat mereka berpikir tidak berharga,butuh dikasihani dan putus asa.
Sikap orang tua yang responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan anak, sehingga anak mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka dan merasa memiliki kontrol terhadap lingkungan. Jika tidak, mereka merasa tidak berharga sehingga membuat mereka berpikir tidak berharga,butuh dikasihani dan putus asa.
2. Tindakan / perbaiki
kepercayaan diri anda sendiri sebagai orang tua :
Mengasuh anak adalah kegiatan terapeutik. Jika ada problem masa lalu yang mempengaruhi pola asuh yang sedang dilakukan orangtua, sebaiknya ia mencari pertolongan psikologis dan mengkonfirmasikannya. Jika orang tua memiliki selfimage yang buruk, khususnya jika ia merasa bahwa itu disebabkan karena pola asuh orang tuanya dahulu, maka cobalah untuk menghentikan pola asuh keluarga yang buruk itu.
Mengasuh anak adalah kegiatan terapeutik. Jika ada problem masa lalu yang mempengaruhi pola asuh yang sedang dilakukan orangtua, sebaiknya ia mencari pertolongan psikologis dan mengkonfirmasikannya. Jika orang tua memiliki selfimage yang buruk, khususnya jika ia merasa bahwa itu disebabkan karena pola asuh orang tuanya dahulu, maka cobalah untuk menghentikan pola asuh keluarga yang buruk itu.
3.Jadilah cermin yang
positif
Khususnya pada anak-anak prasekolah yang sedang belajar tentang dirinya sendiri,akan tergantung dari reaksi-reaksi orang tua mereka. Apakah orang tua merefleksikan gambaran yang positif / negative pada anak-anak mereka ?? Apakah orang tua memberikan pandangan pada anak bahwa ia menyenangkan ?Pada saat orangtua memberikan refleksi positif terhadap anaknya, maka anak tersebut akan berpikir positif tentang dirinya.
Khususnya pada anak-anak prasekolah yang sedang belajar tentang dirinya sendiri,akan tergantung dari reaksi-reaksi orang tua mereka. Apakah orang tua merefleksikan gambaran yang positif / negative pada anak-anak mereka ?? Apakah orang tua memberikan pandangan pada anak bahwa ia menyenangkan ?Pada saat orangtua memberikan refleksi positif terhadap anaknya, maka anak tersebut akan berpikir positif tentang dirinya.
4.Beramainlah dengan
anak
Ada saat anak bermain anak akan menerima pesan bahwa ia berharga. Pandanglah bermain sebagai investasi dalam perilaku anak, kesempatan kepada anak unuk merasa spesial, bisa mengungkapkan inisiatif tentang permainan yang akan dilakukan.
Ada saat anak bermain anak akan menerima pesan bahwa ia berharga. Pandanglah bermain sebagai investasi dalam perilaku anak, kesempatan kepada anak unuk merasa spesial, bisa mengungkapkan inisiatif tentang permainan yang akan dilakukan.
5.Panggilah anak dengan
namanya
Memanggil anak dengan namanya dan disertai dengan kontak mata akan memberikan pesan kepada anak tersebut bahwa ia special. Anak belajar mengasosiasikan bagaimana cara orang tua menggunakan namanya dengan perilaku yang diharapkan darinya.
Memanggil anak dengan namanya dan disertai dengan kontak mata akan memberikan pesan kepada anak tersebut bahwa ia special. Anak belajar mengasosiasikan bagaimana cara orang tua menggunakan namanya dengan perilaku yang diharapkan darinya.
6.Lakukan prinsip
berkelanjutan
Pada saat anak bertambah besar, kembangkanlah potensi / talenta (bakat) yang ia miliki. Bila anak menikmati suatu aktifitas, ia akan memiliki citra diri(sel-image) yang lebih positif dan dapat berlanjut pada aktifitas-aktifitas lain.
Contohnya : meningkatkan kesenangannya & kenikmatan yang diperoleh anak dari kegiatan renang-nya sekaligus dengan mendukungnya pada bidang akademis.
Pada saat anak bertambah besar, kembangkanlah potensi / talenta (bakat) yang ia miliki. Bila anak menikmati suatu aktifitas, ia akan memiliki citra diri(sel-image) yang lebih positif dan dapat berlanjut pada aktifitas-aktifitas lain.
Contohnya : meningkatkan kesenangannya & kenikmatan yang diperoleh anak dari kegiatan renang-nya sekaligus dengan mendukungnya pada bidang akademis.
7.Bantu anak untuk
mencapai kesuksesannya :
Mengenali kemampuan anak, memberi s e m a n g a t untuk mencoba mengembangkan kemampuan tersebut. Jika orangtua tidak melindungi anaknya dari harapan-harapan yang tidak realistis , maka rasa bersaingnya (kompetisi-nya) akan terancam. Pastikan bahwa anak percaya b a h w a orangtuanya menghargai-nya karena siapa diri-nya, bukan karena penampilanya.
Mengenali kemampuan anak, memberi s e m a n g a t untuk mencoba mengembangkan kemampuan tersebut. Jika orangtua tidak melindungi anaknya dari harapan-harapan yang tidak realistis , maka rasa bersaingnya (kompetisi-nya) akan terancam. Pastikan bahwa anak percaya b a h w a orangtuanya menghargai-nya karena siapa diri-nya, bukan karena penampilanya.
8.Lindungi anak dari
orang-orang yang dapat merusak self-esteemnya
Dengan pola asuh ini selama 3 tahun pertama kehidupan anak telah dapat dipertahankan hubungan yang erat dengan anak , maka orangtua telah memberikan dasar yang kuat mengenai nilai-nilai tentang rumah, k e l u a r g a dan h u b u n g a n interpersonal-nya.Hati-hati dengan pemilihan teman-teman baik disekolah ataupun diluar sekolah, karena nilai-nilai (values) & konsep diri anak dipengaruhi oleh orang-orang yang memiliki peran penting dalm hidupnya seperti saudara, guru, teman-teman dll.
Dengan pola asuh ini selama 3 tahun pertama kehidupan anak telah dapat dipertahankan hubungan yang erat dengan anak , maka orangtua telah memberikan dasar yang kuat mengenai nilai-nilai tentang rumah, k e l u a r g a dan h u b u n g a n interpersonal-nya.Hati-hati dengan pemilihan teman-teman baik disekolah ataupun diluar sekolah, karena nilai-nilai (values) & konsep diri anak dipengaruhi oleh orang-orang yang memiliki peran penting dalm hidupnya seperti saudara, guru, teman-teman dll.
9.Berikan tanggung jawab
pada anak
Dengan melibatkan anak pada aktifitas dirumah maupun diluar rumah, memberikan tugas-tugas rumah tangga, dapat membantu mereka merasa berharga,menyalurkan tenaga mereka ke perilaku yang bermanfaat dan mengajarkan ketrampilan-ketrampilan.
Dengan melibatkan anak pada aktifitas dirumah maupun diluar rumah, memberikan tugas-tugas rumah tangga, dapat membantu mereka merasa berharga,menyalurkan tenaga mereka ke perilaku yang bermanfaat dan mengajarkan ketrampilan-ketrampilan.
Bentuk Sekolah untuk Anak
Tunarungu
Sekolah Inklusif Masyarakat
|
|
Manfaat
|
Tantangan
|
Anak
tunarungu dapat terus tinggal dirumah dengan keluarganya.
|
Teasing
and ignoring by other children.
|
Seringkali
lebih murah.
|
Kurang
pengetahuan antara guru tentang bagaimana cara terbaik mengajar anak dengan
kemampuan dengan yang berbeda.
|
Anak
tunarungu dapat tetap menjadi bagian dari masyarakat umum.
|
Mungkin
tidak cukup orang fasih dalam bahasa isyarat untuk belajar bahasa lengkap.
Perkembangan mental anak dapat terganggu.
|
Kelas atau Sekolah terpisah
|
|
Manfaat
|
Tantangan
|
Kesediaan
guru dengan pelatihan khusus untuk mengajar anak tunarungu.
|
Anak
mungkin tidak cukup belajar bagaimana hidup dan berinteraksi dengan orang
yang berada di ‘dunia mendengar’.
|
Anak
mungkin merasakan kurang gangguan sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan
lainnya di sekeliling mereka.
|
Sekolah
ini bisa jauh letaknya dan mahal.
|
Banyak
kesempatan anak untuk bermain, belajar dan mengembangkan ketrampilan sosial
dan menjalin pertemanan.
|
Sebuah
kelas dapat berisi anak dengan beraneka tingkat kelas dan umur, dengan
demikian membuat para guru mengalami kesulitan untuk mempertemukan kebutuhan
yang berbeda dari semua anak.
|
Program
Pendidikan yang akan saya buat dalam SLB-B (Sekolah Luar Biasa Tunarungu)
Program
Pendidikan
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Program
Habitilasi
|
Memperbaiki cara
komunikasi melalui pendengaran untuk berinteraksi dengan sosial
|
Lingkungan sosial
terkadang kurang mendukung
|
Pengenalan Jenis
Musik
|
Merangsang
kemampuan mendengar yang tersisa
|
Alat
musik yang mendukung mahal dan banyak
orangtua yang tidak mendukung
|
Memberikan Alat
bantu atau Implant Cochlea
|
Dapat mendengar
dengan lebih baik
|
Alat bantu mahal
dan terkadang tidak cocok dengan telinga nya.
|
Pelayanan
Psikolog dan Dokter THT
|
Dapat mendiagnosa
dengan lebih cepat dan memberikan solusi
|
Anak dapat
memberikan self concept yang salah pada dirinya
|
Penggunaan
Komputer
|
Agar dapat
menjadi ahli dalam komputer dan mengetahui alat praktis dalam bertugas.
|
Alat yang
digunakan mahal dan dapat memberikan dampak yang negatif bagi anak
|
Belajar Bahasa
Asing
|
Mengajarkan anak
untuk mengenali bahasa lain
|
Guru yang
mengajarkan untuk tunarungu sangat susah dicari
|
Pengembangan
Ekstrakulikuler
- Olahraga
- Pelatihan
Paskibra
|
Mengembangkan
minat dan bakat anak serta semangat
untuk menghadapi hidup
|
Banyak anak yang
malu akan kemampuannya
|
Mengembangkan
Rasa Percaya Diri
- Mengikuti
Turnamen atau lomba-lomba
|
Menyadarkan anak
akan kemampuannya .
Melihat akan
kemampuannnya
Bukan
penampilannya
|
Banyak anak yang
putus asa dan tidak mau mengikuti lomba-lomba tersebut
|
Belajar
Tentang Perhitungan
Seperti
Kimia,Fisika,Matematika atau Akuntansi
|
Menjadi ahli
dalam perhitungan atau mengembangkan berfikir logika dan otak kiri.
|
Adanya perbedaan
antara cara menghitung antara anak tunarungu dan anak normal
|
Mengembangkan
Keterampilan
Seperti: Menjahit
atau membuat alat dengar
|
Membuat alat
dengar sendiri dan membantu dalam usaha mereka.
|
Harus ada
pelatihan khusus dan dalam jangka waktu yang lama
|
0 komentar:
Posting Komentar